Please login or sign up to post and edit reviews.
Kisah Sangkot Marzuki, perintis riset biologi molekuler di Indonesia
Publisher |
The Conversation
Media Type |
audio
Categories Via RSS |
Science & Medicine
Publication Date |
Jul 30, 2018
Episode Duration |
00:05:58
20180727-106511-14qtg5c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip">Prof. Sangkot Marzuki Wikipedia

Selama 22 tahun, Profesor Sangkot Marzuki memimpin Lembaga Eijkman, pusat riset biologi molekuler di Indonesia yang berperan penting mendorong penyelidikan DNA. Dia dan koleganya membangun pusat riset ini dari nol pada awal 1990-an, karena lembaga ini sebelumnya telah ditutup sejak gonjang-ganjing politik 1966. Bersama lembaga ini Sangkot merupakan pakar biologi molekuler paling berpengaruh di Indonesia.

Perjalanan karier Sangkot bermula sekitar 40 tahun lalu tepat ketika revolusi sains terjadi. Dia menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 1968, lalu menyelesaikan master di Universitas Mahidol Bangkok tiga tahun kemudian. Gelar doktor diperoleh dari Universitas Monash di Australia pada 1976. Kala itu, ilmu biologi kimia mengalami lompatan setelah penemuan DNA sebagai molekul penyimpan informasi genetik manusia. Lahirlah ilmu biologi molekuler.

Awalnya Sangkot tertarik mengulik proses pembentukan energi dalam tubuh manusia yang terjadi di tingkat yang sangat sangat kecil. Transduksi energi, begitu istilah dalam ilmu biologi molekuler. Ketertarikan itu mengantarkannya menjadi pemimpin riset bidang baru ini di Monash University. Dia memimpin satu dari lima laboratorium biologi molekuler paling berpengaruh di dunia. Nama dia juga bolak-balik masuk jurnal ilmiah internasional. Saking topnya, banyak mahasiswa S3 dari berbagai negara antre ingin kerja sama dengan Profesor Sangkot.

Sampai akhirnya, Menteri Riset dan Teknologi saat itu BJ Habibie memintanya membangun laboratorium biologi molekuler di Indonesia. Habibie meminta Sangkot pulang kampung untuk membangkitkan riset demi bendera merah putih. Dia meninggalkan posisi mapan di Australia dan mulai mengembangkan budaya riset standar kelas dunia di Indonesia.

Bulan ini, Sangkot baru saja melepaskan jabatan Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, perhimpunan ilmuwan yang mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. PR terbesar Indonesia, kata dia, menaikkan dana penelitian yang jumlahnya hanya 0,02% dari anggaran negara. Selain itu, perlunya memperbaiki ekosistem ilmu pengetahuan yang total rusak sebab orang meneliti di perguruan tinggi hanya untuk mengumpulkan angka kredit guna naik pangkat. Melalui organisasi ini dia mendorong riset yang didorong oleh rasa keingintahuan peneliti.

Edisi ke-19 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!

The Conversation
Sangkot Marzuki berupaya memperbaiki ekosistem ilmu pengetahuan yang total rusak. Sebab orang meneliti di perguruan tinggi hanya untuk naik cum dan naik pangkat. Sistem harus dirombak.

This episode currently has no reviews.

Submit Review
This episode could use a review!

This episode could use a review! Have anything to say about it? Share your thoughts using the button below.

Submit Review