This podcast currently has no reviews.
Submit ReviewPerubahan iklim bukan hanya berdampak pada lingkungan, tapi juga mempengaruhi kelangsungan hidup masyarakat adat. Mereka berhadapan dengan berbagai tantangan terkait dengan pengaruh perubahan iklim pada sumber daya alam, kesehatan, kebudayaan, serta identitas.
Pada akhirnya, perubahan iklim dapat mempengaruhi kesejahteraan dan keberlangsungan hidup masyarakat adat serta dapat menyebabkan krisis identitas.
Perubahan iklim dapat mempengaruhi identitas masyarakat adat melalui berbagai aspek. Salah satu aspek yang signifikan adalah sumber daya alam yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat adat.
Contohnya, kekeringan atau bencana alam dapat menyebabkan kerusakan tanaman ataupun kematian hewan yang menjadi sumber makanan bagi masyarakat adat. Akibatnya, masyarakat adat harus mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Baca juga: Kearifan lokal bantu masyarakat adat beradaptasi terhadap dampak krisis iklim
Sementara itu, bagaimana perubahan iklim bisa menimbulkan krisis identitas untuk beberapa masyarakat adat?
Kami berbincang dengan Jangat Pico, pemuda Kader Sokola Rimba dan Nelce Etifera Assem, Ketua Eco Defender Jayapura mengenai bagaimana perubahan iklim memicu adanya krisis identitas ditengah masyakarakat adat.
Dengarkan obrolan lengkap tentang sumber daya alam, energi terbarukan, dan dampak sosial maupun ekonomi akibat perubahan iklim dalam siniar (podcast) Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Perubahan iklim tidak hanya memengaruhi lingkungan, tetapi juga dapat berdampak pada kesejahteraan psikologis manusia. Mulai timbulnya perasaan takut kekurangan tempat tinggal yang layak, hingga situasi masa mendatang menimbulkan kecemasan yang cukup serius.
Penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat mengganggu kesehatan mental, yang dikenal sebagai eco-anxiety. Meskipun eco-anxiety bukanlah gangguan mental yang diakui secara resmi, tapi efeknya dapat berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis individu yang mengalaminya.
Seperti apa penjelasan mendalam tentang eco-anxiety ini?
Kami berbincang dengan Trevino Pakasi, pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Universitas Indonesia, tentang bagaimana kecemasan lingkungan menjadi permasalahan yang harus diperhatikan secara serius, khususnya bagi anak muda.
Dengarkan obrolan lengkap tentang sumber daya alam, energi terbarukan, dan dampak sosial maupun ekonomi akibat perubahan iklim dalam siniar (podcast) Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Indonesia berperan penting menjaga ekosistem global, terutama ekosistem gambut yang memiliki manfaat yang beragam. Dalam hal ini, Indonesia menjadi negara kedua dengan lahan gambut terluas di dunia sekitar 20 juta hektar.
Keberadaan lahan gambut memberikan banyak manfaat bagi manusia, salah satunya sebagai tempat menanam sagu yang menjadi sumber pangan masyarakat sekitar. Selain itu, gambut juga memiliki kemampuan untuk menyerap CO2 dalam jumlah yang sangat besar, untuk menyeimbangkan emisi gas rumah kaca di atmosfer Bumi.
Sayangnya, hingga saat ini banyak lahan gambut yang rusak dan terbakar. Badan Restorasi Gambut dan Mangrove menyatakan hanya 4,02 juta hektare atau rusak-sangat-berat-di-indonesia-luasnya-206-935-hektare.html?v=1658709796">16% dari total luas kawasan gambut Indonesia yang masih dalam kondisi baik. Sisanya rusak ringan hingga sangat berat.
Baca juga: Kehilangan gambut berarti kehilangan aset Indonesia berusia 13 ribu tahun
Untuk membahas betapa pentingnya kita peduli terhadap keberadaan gambut, kami berbincang dengan Wahyu Perdana, juru kampanye dari Pantau Gambut, sebuah organisasi non pemerintah yang berfokus pada riset, advokasi, dan kampanye untuk perlindungan dan kelestarian lahan gambut di Indonesia.
Dengarkan obrolan lengkap tentang sumber daya alam, energi terbarukan, dan dampak sosial & ekonomi akibat perubahan iklim dalam siniar (podcast) Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Indonesia memiliki tujuan besar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui pemanfaatan energi terbarukan. Tujuannya adalah untuk mencapai kondisi net zero emission (NZE) atau nol emisi karbon pada 2060.
Melalui pemakaian sumber energi yang ramah lingkungan, Indonesia diharapkan dapat membantu meredam laju perubahan iklim melalui pengurangan emisi sektor energi.
Saat ini, sektor energi masih menjadi penyumbang terbesar dalam emisi gas rumah kaca di Indonesia. Sektor ini menyumbang sekitar 40% dari total emisi karbon nasional atau sekitar 450 juta ton setara CO2 per tahun.
Sayangnya, meski Indonesia memiliki sumber energi terbarukan seperti surya, air, angin, dan biomassa yang melimpah, pemakaian bahan bakar fosil dalam sektor energi masih mendominasi.
Baca juga: Mengapa seretnya investasi energi bersih berbahaya bagi keanekaragaman hayati Indonesia
Untuk mengulas bagaimana penggunaan energi terbarukan di Indonesia, kami berbincang dengan Grita Anindarini, Deputi Direktur Bidang Program di Indonesian Centre for Environmental Law (ICEL).
Dengarkan obrolan lengkap tentang sumber daya alam, energi terbarukan, dan dampak sosial & ekonomi akibat perubahan iklim dalam siniar (podcast) Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Revolusi Industri pada akhir abad ke-18 membawa perubahan yang sangat besar di dunia, khususnya dalam hal teknologi dan produksi. Mesin-mesin industri yang bermunculan dalam skala besar mampu menghasilkan barang secara massal dan efisien.
Peningkatan produktivitas yang terjadi di era ini berdampak positif bagi perekonomian dunia. Dengan jumlah produksi yang lebih banyak, penawaran barang bertambah dan permintaan masyarakat bisa terpenuhi dengan lebih baik. Sehingga, tingkat kesejahteraan pun meningkat.
Namun, pada saat yang sama, Revolusi Industri juga menimbulkan berbagai dampak negatif. Salah satu yang terbesar adalah pencemaran udara, air, dan tanah yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
Dampak ini tak terlihat dalam jangka pendek. Tetapi dalam jangka panjang, imbas perubahan iklim semakin terasa dan bahkan meningkatkan biaya hidup sehari-hari.
Untuk mengulas bagaimana perubahan iklim dapat menggerus keuangan masyarakat, kami berbincang dengan Retno Suryandari, peneliti di Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gajah Mada.
Dengarkan obrolan lengkap tentang sumber daya alam, energi terbarukan, dan dampak sosial & ekonomi akibat perubahan iklim dalam siniar (podcast) Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Perubahan iklim merupakan masalah global yang perlu mendapatkan perhatian serius dari masyarakat dunia. Dampak perubahan iklim sangat beragam: kerusakan ekosistem, penurunan keanekaragaman hayati, serta kesejahteraan manusia.
Tahun 2023 dibuka dengan badai dingin yang membekukan Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang. Sementara, Eropa mencatatkan rekor terpanas dalam sejarah. Kita juga terkejut dengan fenomena tanah Arab yang menghijau.
Apakah kiamat sudah dekat? Yang jelas banyak ilmuwan sudah lama memprediksi cuaca ekstrem bakal kian marak.
Lalu apa yang bisa anak muda lakukan untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim? Hingga saat ini masih banyak orang yang meremehkan dampak perubahan iklim dan mengabaikan perlunya tindakan untuk mengatasi masalah ini.
Untuk membahas permasalahan ini, kami berbincang dengan peneliti ekonomi internasional dan politik lingkungan Universitas Katolik Parahyangan, Stanislaus Risadi Apresian, tentang bagaimana cara untuk ikut berpartisipasi untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin parah.
Dengarkan obrolan lengkap tentang sumber daya alam, energi terbarukan, dan dampak sosial & ekonomi akibat perubahan iklim dalam siniar (podcast) Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Pengetahuan ilmuwan sebelumnya hanya meyakini dua spesies manusia yang datang ke Indonesia - yakni manusia purba atau Homo erectus (berdasarkan riset terbaru sekitar 1,3 juta - 600 ribu tahun lalu), dan juga manusia modern atau Homo sapiens (mulai sekitar 70 ribu tahun lalu)
Namun, hal tersebut berubah sejak 2004 ketika sebuah tim Indonesia-Australia mengumumkan penemuan sisa manusia purba lain yaitu Homo floresiensis atau kerap dipanggil si “Hobbit” di Flores, Nusa Tenggara Timur.
Penemuan ini mengguncang komunitas peneliti arkeologi dan paleontologi saat pertama kali ditemukan.
Selain ukuran bagian tubuhnya yang cukup kecil dengan karakter biologis yang bahkan lebih purba dari Homo erectus, sisa Homo floresiensis ini juga ditemukan di kepulauan Indonesia tengah atau “Wallacea” - daerah perairan dalam yang terisolasi oleh arus laut yang kuat sehingga sangat menyulitkan migrasi manusia purba dari barat maupun timur.
Bagaimana cerita seru penemuannya di Flores, dan bagaimana penemuan si ‘Hobbit’ ini mengubah wawasan kita tentang pola evolusi dan migrasi manusia?
Untuk menjawab hal tersebut, kami berbicara dengan Thomas Sutikna, arkeolog di University of Wollongong, Australia yang juga merupakan salah satu anggota tim legendaris yang menemukan Homo floresiensis.
Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir, dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Salah satu metode pengobatan yang kini sedang banyak diteliti untuk menyembuhkan berbagai penyakit manusia adalah terapi stem cell, atau “sel punca”.
Stem cell adalah sel yang memiliki kemampuan untuk regenerasi dan bahkan berkembang menjadi berbagai sel khusus seperti sel otak dan hati.
Ini membuat stem cell memiliki potensi tinggi dalam memulihkan cedera atau kerusakan organ tubuh.
Meskipun masih butuh banyak penelitian dan uji klinis (di negara maju sedang gencar dilakukan riset stem cell untuk mengobati kondisi neuro-degeneratif seperti Alzheimer), terapi stem cell telah digunakan secara terbatas dalam pengobatan penyakit terkait darah seperti leukimia atau berbagai bentuk penyakit tulang.
Bagaimana stem cell bekerja, apa saja potensi maupun kontroversinya, serta bagaimana masa depan dari metode pengobatan ini?
Untuk menjawabnya, pada episode ini Sains Sekitar Kita berbicara dengan Berry Juliandi, peneliti stem cell di IPB University, Bogor.
Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir, dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Ilmu fisika modern telah mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak tahun 1915, ketika Albert Einstein menerbitkan sebuah konsep yang dikenal dengan Teori Relativitas Umum - seperangkat rumus yang menjelaskan cara kerja gravitasi dan hubungannya dengan pergerakan cahaya serta berbagai benda di alam semesta.
Salah satu cabang ilmu fisika tersebut adalah cosmology.html">kosmologi, yang mempelajari tentang awal dan akhir alam semesta.
Ilmuwan mempelajari hal tersebut dengan meneliti berbagai fenomena di alam semesta seperti radiasi sisa ledakan “Big Bang”, lubang hitam, gelombang gravitasi, hingga “dark energy” (“energi gelap”).
Dengan berbagai kemajuan ilmiah tersebut, pengetahuan apa yang kita miliki saat ini tentang kondisi alam semesta, asal usulnya, hingga takdir akhirnya nanti?
Untuk menjawabnya, Sains Sekitar Kita pada episode ini berbicara dengan Husin Alatas, Guru Besar dan Kepala Divisi Fisika Teori di IPB University, Bogor.
Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir, dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Di masa depan, elektrifikasi dan pengembangan energi terbarukan menjadi semakin penting.
Berbagai negara di dunia termasuk Indonesia kini mencari berbagai cara untuk mendukung infrastruktur dan transportasi dengan energi yang semakin hijau, semakin efisien, dan semakin tahan lama.
Kementerian Perindustrian, misalnya, menargetkan produksi kendaraan di Indonesia terdiri dari 20% mobil listrik pada tahun 2025, dengan harapan pada 2040 akan naik menjadi 40%.
Untuk mendukung visi ini, Indonesia membutuhkan industri baterai nasional yang maju untuk menyediakan berbagai komponen material dan teknologi baterai.
Pada episode ini, Sains Sekitar Kita berbicara dengan Evvy Kartini, seorang peneliti senior di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan pendiri bri.org">Institut Riset Baterai Nasional (N-BRI).
Bagaimana perjalanan karir risetnya hingga pendirian institut tersebut? Dan apa langkah selanjutnya untuk mengembangkan industri baterai di Indonesia dalam beberapa tahun kedepan?
Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Orang utan adalah spesies primata yang populasinya terancam secara kritis. Di Borneo, misalnya, riset memperkirakan terjadi kehilangan 100.000 orang utan - atau sekitar 50% populasi mereka - dari 1999 hingga 2015.
Namun, suatu hal yang jarang diketahui adalah bahwa orang utan merupakan spesies kera besar yang paling soliter.
Setelah 6 atau 7 tahun hidup bersama induknya, mereka akan mulai menyebar dan hidup menyendiri di home range atau daerah tinggal masing-masing.
Lalu, bagaimana primata yang hidupnya soliter ini menemukan pasangan?
Untuk menjawab misteri ini, kami berbicara dengan Tatang Mitra Setia, peneliti biologi konservasi di Universitas Nasional yang menghabiskan lebih dari dua dekade meneliti tentang perilaku orang utan.
Beberapa penelitiannya, misalnya, menyelidiki bagaimana seruan panjang atau long call dari orang utan jantan digunakan sebagai mekanisme “sayembara cinta” untuk menemukan pasangan betina.
Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Di Indonesia, setidaknya 640.000 orang mengidap HIV/AIDS pada 2018, dengan lebih dari 70.000 infeksi baru per tahunnya.
Dalam upaya mencegah penyebaran AIDS di Indonesia, peneliti seringkali melacak perbedaan DNA atau ‘genom’ dari virus HIV. Ini dilakukan karena seiring waktu dan seiring menyebar ke berbagai negara, virus HIV bisa bermutasi atau bahkan bergabung dengan berbagai galur lain dan berkembang menjadi berbagai galur campuran.
Hal ini penting diteliti karena perbedaan galur virus bisa menentukan pengobatan untuk pasien AIDS - mulai dari jenis obatnya (terapi anti-retroviral, atau ARV), pemberian dosisnya, atau bahkan untuk mengembangkan vaksinnya.
Oleh karena itu, pada episode ini kami berbicara dengan Nasronudin, Ketua Gugus Penelitian HIV di Institut Penyakit Tropis, Universitas Airlangga.
Nasronudin dan timnya berkolaborasi melakukan riset dengan peneliti Kobe University, Jepang untuk melacak berbagai galur HIV yang ada di Indonesia dan asal usul persebarannya dari negara mana saja.
Selain berhasil memetakan rute transmisi HIV dari sumbernya di Kinshasha, Afrika hingga sampai ke Indonesia, riset ini juga membantu petugas kesehatan dalam memetakan karakter resistensi pengidap HIV dan jenis pengobatannya yang sesuai di setiap daerah.
Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Sebelum terjadi pandemi COVID-19, pada tahun 2019 terdapat 1,5 miliar turis internasional, naik hampir dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Aktivitas turisme ini dipicu salah satunya oleh berbagai hal mulai dari semakin berkembangnya tujuan wisata di dunia hingga banyaknya berbagai lokasi ikonik yang muncul di film.
Hal ini kemudian mendorong munculnya aplikasi yang dirancang untuk membantu pengalaman wisata. Di antaranya adalah aplikasi yang sebatas menyarankan tujuan jalan-jalan seperti TripAdvisor, hingga situs seperti Visit a City yang dengan detail membantu merancang jadwal dan rute perjalanan dari berangkat hingga pulang.
Bagaimana cara kerja algoritma atau rumus matematika di balik berbagai aplikasi wisata tersebut? Kriteria seperti apa yang dipakai aplikasi tersebut untuk menciptakan rute perjalanan yang terbaik?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pada episode kali ini Sains Sekitar Kita berbicara dengan Budhi Sholeh Wibowo.
Budhi merupakan peneliti di Departemen Teknik Industri di Universitas Gadjah Mada. Sebagai ilmuwan data sekaligus ahli riset operasi, Budhi banyak meneliti tentang permasalahan terkait efisiensi perjalanan dan transportasi - seperti rute untuk trip wisata, rantai pasok perusahaan, hingga jaringan pelabuhan di Indonesia untuk mendukung wacana tol laut.
Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Lalu lintas kendaraan di Jakarta merupakah salah satu yang paling padat di dunia.
Sepanjang 2019, misalnya, waktu yang terbuang di jalanan karena kemacetan lebih dari 174 jam atau sekitar 7 hari per orang. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), produktivitas yang hilang akibat kemacetan ini jam-jakarta-roads-remain-one-of-worlds-most-congested.html">setara dengan Rp 67,5 triliun.
Pada episode ini, kami berbicara dengan Rizal Khaefi, ilmuwan data dari Pulse Lab Jakarta, laboratorium inovasi data di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Rizal dan timnya berupaya menyelesaikan masalah kemacetan ini dengan mendayagunakan data penggunaan internet dari warga Jakarta - salah satu kota di dunia yang paling aktif di media sosial dengan lebih dari 10 juta cuitan setiap harinya.
Salah satu proyek riset mereka, misalnya, berkolaborasi dengan perusahaan transportasi online di Asia Tenggara, Grab.
Mereka memanfaatkan data perjalanan mitra pengemudi mereka dalam merancang model lalu lintas yang bisa digunakan untuk membuat berbagai kebijakan transportasi dan pembangunan jalan.
Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Di Indonesia, pernikahan anak adalah masalah yang serius. Pada tahun 2018, misalnya, tercatat 11,21% perempuan di Indonesia menikah sebelum menginjak usia 18 tahun. Angka ini menempatkan Indonesia di antara delapan negara dengan angka pernikahan anak tertinggi di dunia.
Selain faktor budaya dan agama, ternyata ada faktor lain yang berkontribusi terhadap tingginya angka pernikahan anak, yakni bencana alam yang terjadi di Indonesia.
Pada episode ke-empat ini, kami berbicara dengan Teguh Dartanto, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi di Universitas Indonesia, yang meneliti hal ini bersama dengan salah satu mahasiswi bimbingannya, Ratih Kumala Dewi yang kini menempuh studi S2 di United Nations University (UNU-MERIT) di Maastricht, Belanda.
Dengan menganalisis data dari Survei Sosio Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2015 dan Survei Potensi Desa (PODES) Tahun 2014, mereka menemukan pola bahwa angka bencana alam yang tinggi di suatu desa berhubungan erat dengan angka pernikahan anak yang terjadi di desa tersebut.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Organisasi Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 2015 memperkirakan lebih dari 70% limbah air di negara berpendapatan menengah ke bawah - termasuk Indonesia - tidak diolah dengan baik sebelum dibuang ke lingkungan.
Sungai Citarum di Jawa Barat, misalnya, menerima lebih dari 340.000 ton limbah air dari sekitar 2800 perusahaan setiap harinya - menjadikannya “sungai terkotor di dunia”.
Pada episode kali ini, kami berbicara dengan Felycia Soetaredjo, peneliti kimia di Universitas Widya Mandala Surabaya yang menemukan salah satu metode pengolahan air limbah industri terkuat di dunia.
Pada tahun 2014, ia mendapat permintaan dari salah satu perusahaan elektronik di Surabaya untuk menurunkan tingkat racun dalam limbah air mereka.
Tantangannya, menurunkan tingkat racunnya dari 7000 mg/L menjadi di bawah standar yang diperbolehkan, yakni 100 mg/L - atau sekitar 98%.
Untuk mengurangi tingkat racun sebesar itu, proses pengolahan konvensional yang diterapkan perusahaan tersebut sebelumnya (menggunakan bakteri) memakan waktu hingga 2 bulan - teknik kimia yang didesain Felycia melakukannya hanya dalam waktu 15 menit.
Bagaimana perjalanannya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Berbagai studi telah menemukan bahwa rumitnya sistem multipartai dan mekanisme pengawasan checks and balances yang tidak efisien antara eksekutif dan legislatif membuat banyak politikus Indonesia bekerja sama mencari jalan pintas untuk mewujudkan kepentingannya.
Masalah sistemik tersebut kemudian melahirkan berbagai skandal korupsi massal seperti kasus Wisma Atlet dan E-KTP.
Namun, ternyata ada faktor lain yang juga berkontribusi besar dalam mendorong terjadinya praktik korupsi berjamaah ini, yakni karakter sosial budaya masyarakat di suatu negara.
Dalam episode ke-dua dari Sains Sekitar Kita Season 2 ini, kami berbincang dengan Galang Lutfiyanto, peneliti psikologi dan neurosains dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta yang meneliti tentang perbedaan pola korupsi di Indonesia dan Amerika Serikat (AS) - dua negara dengan budaya masyarakat yang bertolak belakang.
Riset tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan New York University dan Harvard University di AS melalui program pendanaan riset Fulbright.
Bagaimana temuannya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Pandemi COVID-19 membuat peneliti dari berbagai negara berlomba mencari vaksin. Namun, COVID-19 bukan satu-satunya penyakit yang perlu diberantas - ada kanker, diabetes, dan penyakit lainnya yang juga menunggu kehadiran obat.
Salah satu cabang ilmu yang turut berperan besar dalam mendorong penemuan obat tersebut adalah bioinformatika, yang merupakan kolaborasi antara biologi dan kimia dengan sains data.
Untuk mendalami peran penting bioinformatika dalam riset medis - mulai dari pengelolaan data urutan genom hingga pemodelan komputer untuk menguji desain obat - Sains Sekitar Kita berbicara dengan dengan Arli Aditya Parikesit.
Arli merupakan Ketua Departemen Bioinformatika di Indonesian International Institute for Life Sciences (I3L), lembaga pendidikan tinggi yang pertama menawarkan Program Studi Bioinformatika di Indonesia. Dia juga menggagas pendekatan informatika dan pemodelan komputer dalam penelitian obat kanker payudara dan serviks.
Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
The Conversation Indonesia berkolaborasi dengan KBR Media meluncurkan Season 2 dari Podcast Sains Sekitar Kita.
Dengarkan berbagai cerita menarik dari peneliti-peneliti terbaik Indonesia dan riset mereka yang menakjubkan.
Mengapa bencana alam bisa menyebabkan pernikahan dini? Apa bedanya gaya korupsi orang Indonesia dan Amerika? Bagaimana orangutan, primata paling soliter, mencari jodoh?
Mulai dari epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Sekitar satu setengah bulan lagi pemilihan umum serentak untuk memilih wakil rakyat di parlemen dan presiden dan wakil presiden untuk masa lima tahun akan diselenggarakan. Setidaknya 7.900 calon anggota DPR memperebutkan posisi wakil rakyat yang jumlahnya hanya 575 kursi pada 17 April nanti.
Tapi di ruang publik, yang justru terdengar gegap gempitanya adalah “perang kata-kata” dua calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, dan tim kampanye mereka. Kampanye dan sosialisasi program para calon legislator minim sekali, termasuk di media massa. Tampaknya pemilihan serentak cenderung mendorong para politikus dan media lebih banyak menyorot kampanye calon presiden dan wakilnya, dibanding para calon wakil rakyat yang akan duduk di Senayan.
Pertanyaannya: mengapa hampir setiap pemilu di Indonesia, sistemnya selalu berubah?Indra Pahlevi, peneliti politik dan pemerintahan Indonesia sekaligus Kepala Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, yang banyak terlibat di penyusunan beberapa undang-undang pemilu Indonesia, menjelaskan dinamika di balik perubahan sistem pemilu.
Sepuluh tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, Indonesia menggelar pemilu pertama yang pesertanya banyak sekali. Ada 178 tanda gambar di kertas suara termasuk partai politik, organisasi masyarakat, dan perorangan. Ilmuwan politik Australia Herbert Feith menyebut pemilu 1955 sebagai pemilu yang ultra demokratis.
Pemilu kedua diadakan pada 1971. Di bawah pemerintahan militer Soeharto, yang jadi presiden setelah peristiwa huru-hara politik 1965, militer diberi kursi cuma-cuma di MPR, sementara partai-partai politik yang hidup pada masa Orde Lama dikendalikan. Soeharto melebur 9 partai menjadi 2 partai politik utama: Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sementara Golkar tetap menjadi partai tersendiri yang kemudian berkuasa selama 32 tahun. Selama itu pula, demokrasi hanya dijalankan secara prosedural.
Masyarakat dan partai politik dikondisikan juga. Ketika orang ingin jadi caleg, harus melewati litsus (penelitian khusus) di bawah Kopkamtib (Komando Pemulihan Ketertiban). Salah satu tugas lembaga ini adalah mengintai masyarakat dan siapa pun kalau ada gerakan-gerakan politik yang mengancam stabilitas politik.
Setelah Soeharto tumbang, rakyat ingin pemilu yang benar-benar demokratis. Presiden Habibie kala itu mempercepat pemilu dan 48 partai politik terpilih ikut kompetisi dalam pemilu 1999. Semua orang punya hak untuk menjadi wakil atau mendirikan partai politik. Pada saat itu presiden benar-benar dipilih oleh DPR. Lima tahun kemudian dan hingga saat ini presiden dipilih langsung oleh rakyat. Pemilihan legislatif, yang sejak 2009 berdasarkan suara terbanyak (bukan lagi nomor urut), lebih dulu digelar dibanding pemilihan presiden.
Kali ini, pemilu serentak untuk memilih presiden dan legislatif. Setidaknya ada lima kertas suara yang mesti dicoblos. Apakah ini sistem terbaik? Tidak juga. Itu tadi, energi masyarakat dan politikus habis untuk pilpres.
Sebenarnya, kita tidak perlu terlalu sering gonta-ganti sistem pemilu. Indra berharap kita menggunakan dulu satu sistem selama lima kali pemilu, lalu evaluasi untung-ruginya untuk negara. Ingat, tidak ada satu sistem pemilu terbaik di dunia. Yang ada adalah sistem pemilu yang cocok di setiap negara.
Edisi ke-48 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Jumlah pemilih milenial (usia 21-30 tahun) dalam pemilihan umum kali ini mencapai sekitar 42 juta pemilih. Bila ditambah usia 20 tahun, masih ada 17 juta pemilih lagi. Totalnya sekitar 40% dari total pemilih.
Dalam konteks pemilihan presiden, calon presiden (capres) petahana Joko Widodo dan penantangnya, Prabowo Subianto, membidik suara mereka untuk memenangkan pertarungan. Para politikus menggunakan berbagai cara untuk merayu pemilih muda waktu kampanye. Yang paling gampang, mereka meniru gaya anak muda–mulai dari pakai jaket jeans, sepatu sneakers, mengendarai motor custom, dan saling sapa menggunakan istilah “Bro dan Sis”.
Walau seolah menjanjikan, Titi Anggraini, Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), mengatakan relasi antara peserta pemilu dan pemilih muda masih dalam tahap simbolik. Maksudnya, peserta pemilu (capres dan calon legislatif) masih menempatkan pemilih muda sebagai obyek interaksi politik. Sampai sejauh ini, para peserta pemilu belum melibatkan anak muda dalam politik secara substantif.
Memang harus diakui mulai banyak anak muda menjadi juru bicara dan bagian tim pemenangan calon presiden. Namun, keterlibatan mereka dalam penyusunan gagasan, program, dan konsep bagi calon presiden, misalnya, belum menonjol.
Saat ini ada 559 caleg berusia 20-30 tahun dari sekitar 7900 caleg DPR. Paling banyak berasal dari Partai Solidaritas Indonesia, kemudian Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Kebangkitan Bangsa.
Namun, sistem pemilu 2019 yang menggabungkan pemilihan presiden dan pemilihan legislatif, membuat isu pemilihan legislatif terpinggirkan di tengah gegap gempita pemberitaan pemilihan presiden. Pemilih muda lebih banyak dihadapkan dengan pembelahan kontestasi pilpres ketimbang informasi yang cukup untuk mengenali para caleg di daerah pemilihan mereka.
Edisi ke-47 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Hakim kerap disebut sebagai wakil Tuhan di muka bumi untuk memberikan rasa keadilan bagi korban ketidakadilan. Tapi para hakim juga manusia yang punya bias dalam mengambil putusan.
Guru Besar psikologi forensik dari Universitas Surabaya Yusti Probowati mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bias hakim setelah meneliti aspek psikologis hakim di ruang sidang.
Masih ingat persidangan kasus pembunuhan dengan kopi beracun yang terdakwa Jessica Kumala Wongso? Setelah drama panjang di dalam dan di luar persidangan, majelis hakim akhirnya menghukum terdakwa 20 tahun penjara untuk kasus pembunuhan berencana, sama persis seperti tuntutan jaksa sebelumnya.
Vonis ini sebetulnya sudah diprediksi Yusti. Dalam survei terhadap hakim pada awal 2000-an, misalnya, dia menemukan 81% hakim terpengaruh secara psikologi dari besaran tuntutan jaksa. Hasil survei itu diperkuat dengan riset eksperimen terhadap sejumlah hakim. Hasilnya serupa: putusan hakim segendang sepenarian dengan tuntutan jaksa.
Jadi sebenarnya siapa yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya vonis yang dijatuhkan hakim? Menurut Yusti, jaksa sangat besar pengaruhnya karena mereka yang menyampaikan tuntutan sebelum hakim mengetuk palu vonis.
Selain pengaruh tuntutan jaksa, karakter kepribadian seorang hakim ternyata juga sangat menentukan putusannya di pengadilan. Orang yang berkepribadian otoritarian tidak bisa melihat area abu-abu. Nah hakim yang berkepribadian otoritarian itu, dalam riset eksperimen, lebih menjatuhkan hukuman lebih tinggi dibanding hakim yang tidak berkepribadian otoritarian.
Di luar urusan suap-menyuap untuk meringankan putusan, ada pula faktor psikologis yang membuat hakim bias di ruang persidangan. Misalnya, Yusti pernah mendengar satu kasus bahwa hakim menvonis sangat berat untuk terdakwa perkara pencurian, karena dua malam sebelumnya rumahnya dibobol maling. Nah kasus kriminal di rumah hakim memberikan efek psikologis juga terhadap beratnya putusan.
Karena itu, hakim harus belajar ilmu psikologi agar hakim bisa lebih cermat menentukan sebuah motif kejahatan, seperti pembunuhan berencana.
Edisi ke-46 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Aisha. Selamat mendengarkan!
Dalam kegaduhan demokrasi terdapat celah terciptanya bibit konflik dan fanatisme berlebihan. Karena itu, secara psikologis, demokrasi mensyaratkan adanya orang-orang yang cukup pendidikan, berpikiran terbuka, toleran, bisa menerima perbedaan, dan bisa menunjukkan empati terhadap orang lain.
Apa yang terjadi di Jerman pada pertengahan 1930-an menjadi contoh bahaya fanatisme. Kala itu, ekonomi mereka tumbang dihajar krisis keuangan di Eropa dan Amerika. Ditambah, Jerman baru saja kalah di Perang Dunia I. Jutaan orang menganggur, miskin, lapar, dan frustasi.
Dalam kondisi seperti itu Adolf Hitler dan Partai Nazi menang pemilihan umum. Kanselir Jerman Hitler menegakkan fasisme dan membunuh demokrasi. Hitler, menurut Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk, mendapat loyalitas tunggal di negara itu dengan cara memanipulasi ketakutan rakyat Jerman. Kanselir juga menaklukkan Polandia sehingga pecah Perang Dunia II. Fanatisme buta mengalahkan akal sehat.
Fanatisme buta bisa tumbuh subur di iklim politik yang demokratis seperti menjelang pemilihan umum di Indonesia. Orang yang fanatik rentan bias kognitif. Terkadang orang fanatik tidak bisa lagi menerima kebenaran dari kelompok lain. Orang fanatik hanya percaya bahwa hanya kelompoknya yang benar.
Dalam beberapa kondisi, perasaan cinta terhadap kelompok sendiri yang mendorong seseorang untuk berjuang untuk kelompoknya adalah sesuatu yang lumrah dan alamiah. Dalam politik sikap partisan yang mendorong loyalitas dan kerelaan orang bekerja sukarela untuk partai terkadang diperlukan.
Musim kampanye pemilu 2019 hampir selesai. Yang bikin was-was, populisme berbasis agama semakin mengganas. Politikus masih asyik memainkan identitas, mengipas pemilih supaya tetap panas. Karena itu, untuk menjadi pemilih yang kritis, setiap orang harus introspeksi memeriksa fanatisme dalam diri. Hanya dengan cara itu kita bisa menyelamatkan demokrasi kita.
Edisi ke-45 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Aisha. Selamat mendengarkan!
Sejarah bohong dan kebohongan, dalam berbagai level dan kasus, bisa dilacak dalam sejarah kehidupan manusia hingga ribuan tahun lalu. Dalam era modern, dusta kerap dipakai oleh para terdakwa untuk menutupi keterlibatannya dalam perkara yang dituduhkan saat mereka jadi pesakitan di pengadilan.
Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setyo Novanto, misalnya, mengaku sakit saat sedang dicecar hakim di pengadilan dalam perkara korupsi proyek E-KTP. Ada sederetan politikus lainnya yang tiba-tiba jadi lupa atau pura-pura lupa saat berhadapan pengusutan kasus korupsi.
Dalam ilmu psikologi, tindakan berpura-pura sakit fisik dan mental seperti itu disebut malingering. Guru Besar Psikologi Universitas Surabaya Yusti Probowati mengatakan kebohongan tidak bisa terus menerus dilakukan oleh seseorang.
Yusti misalnya, membantu Komisi Pemberantasan Korupsi mengungkap kebohongan terdakwa pemberi suap yang di ruang persidangan terus menerus berbohong. Dalam suatu observasi lewat CCTV dari ruangan monitor KPK dalam berjam-jam, dia menyaksikan terdakwa ternyata tidak bisa terus-terusan bohong. Si terdakwa kadang lupa bila dia harus pura-pura bohong untuk menutupi perannya dalam kejahatan korupsi.
Ada pula kebohongan model Ratna Sarumpaet yang mengaku mukanya dipukuli orang hingga babak belur, tapi dia terpaksa “jujur” bahwa itu efek dari operasi plastik di wajahnya.
Kebohongan besar dimulai dari tipu-tipu kecil. Sebuah studi membuktikan bahwa otak dapat beradaptasi terhadap kebohongan yang kita ciptakan. Artinya, semakin Anda sering berbohong, maka otak akan membuat semakin lihai untuk menipu. Tapi bukan berarti kebohongannya tidak diketahui oleh orang lain.
Bila secara lisan terus berbohong, kini ada alat uji kebohongan, Electro-encephalo-graphy, yang bekerja merekam aktivitas kelistrikan yang dihasilkan neuron otak. Dengan alat itu, psikolog seperti Yusti bisa mengetahui dengan mudah seseorang sedang berbohong atau tidak.
Edisi ke-44 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Naomi. Selamat mendengarkan!
Perairan Indonesia Timur punya banyak harta karun berupa organisme yang unik dan menarik tapi tidak banyak diketahui oleh peneliti dalam negeri. Di Ambon, banyak ekspedisi ilmiah sejak 1800, tapi yang melakukannya mayoritas dari luar negeri: Denmark, Belanda, Perancis, dan Amerika.
Para ilmuwan Barat itu “mengeduk-eduk” kekayaan alam laut Indonesia untuk riset ilmiah. Yosmina Tapilatu, peneliti dari Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, menjelaskan kekayaan laut dalam di Indonesia timur yang belum banyak ditelusuri oleh peneliti dalam negeri.
Lima tahun pasca Perang Dunia Kedua, sebuah kapal bernama Galathea bergerak dari pelabuhan di Copenhagen, Denmark, bersama 120 orang awak kapal. Setelah berbulan-bulan berlayar, mereka tiba di Laut Banda. Ekspedisi Galathea bersejarah bagi penelitian bakteri laut dalam. Para ilmuwan yang ikut ekspedisi ini berhasil mengungkap keberadaan fauna misterius penghuni ribuan meter laut dalam. Ahli mikrobiologi laut Profesor Claude Zobbel dari University of California jadi ilmuwan pertama yang meneliti bakteri laut dalam Indonesia.
Sama seperti Zobbel, Yosmina Tapilatu juga tergila-gila dengan bakteri laut dalam, khususnya di perairan Indonesia Timur yang terbentang dari Selat Makassar, Laut Banda, Laut Sulawesi, dan sebagian Samudera Pasifik.
Kesenjangan riset memang terjadi. Untuk setiap satu publikasi yang terbit mengenai bakteri laut dari Indonesia timur, ada tujuh sampai delapan yang diterbitkan mengenai tema serupa dari Indonesia barat. Perbandingannya 1:7-1:8. Itu membuktikan bahwa eksplorasi bakteri laut di kawasan Indonesia timur belum ada apa-apanya dibandingkan dengan bagian barat.
Untuk eksplorasi laut dalam, para ilmuwan seperti Yosmina perlu dukungan negara. Mereka butuh kapal riset, laboratorium mikrobiologi, tenaga peneliti, dan tentu saja dana riset yang besar.
Edisi ke-43 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Indonesia mengalami darurat kualitas pembelajaran sains.
Sebagian besar lulusan sekolah menengah atas, belum menguasai matematika sederhana (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian angka sederhana), kemampuan yang semestinya telah dikuasai saat sekolah dasar.
Apa yang salah dengan pendidikan sains di Indonesia?
Intan Suci Nurhati, peneliti iklim dan kelautan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), punya kenangan kurang baik terhadap pelajaran sains di SMA. Walau dia belajar ilmu pengetahuan alam, gurunya tidak pernah mengajarkan tentang El Niño–Osilasi Selatan (ENSO). Padahal, menurut dia, ENSO merupakan siklus alam dan fenomena iklim terbesar abad ke-21.
Fisikawan LIPI Suharyo Sumowidagdo mengkritik pengajaran sains di Indonesia yang dogmatis. Sangat sedikit diterangkan atau bahkan tidak pernah dijelaskan bagaimana asal usul suatu konsep dasar ilmu pengetahuan. Bertahun-tahun siswa mendengarkan penjelasan guru tentang rumus-rumus fisika, kimia, dan matematika. Apa itu belum cukup? Menurut Suharyo, dampak pelajaran sains akan lebih terasa jika siswa banyak bereksperimen sederhana.
Karena itu, metode pembelajaran pendidikan sains di sekolah harus segera dibenahi.
Edisi ke-42 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Sekitar 30 tahun lalu, Djoko Tjahjono Iskandar kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studi doktor di Université Montpellier 2 Prancis. Awalnya dosen Institut Teknologi Bandung itu akan meneliti tikus, tapi rupanya untuk peralatan untuk riset tikus terlalu mahal untuk ukuran Indonesia. Maka dia ganti objek penelitian ke kodok.
Iskandar ingat betul waktu itu hanya ada tiga makalah tentang kodok yang ditulis orang Indonesia pasca Perang Dunia Kedua. Sangat timpang dengan penelitian dari luar negeri yang seabrek-abrek. Tapi itu justru bikin semangat dia berlipat-lipat. Justru karena tidak banyak orang meneliti kodok, dia makin tertarik mendalami riset katak.
Dia kemudian masuk keluar hutan di Kalimatan untuk mencari sampel kodok. Salah satu temuan yang penting adalah katak kepala-pipih Kalimantan (Barbourula kalimantanensis), jenis katak langka yang tidak punya paru-paru. Temuan itulah yang membuat namanya mulai dikenal sebagai ahli katak di dunia.
Sampai hari ini, sudah sekitar 200-an spesies kodok baru yang ditemukan oleh Iskandar. Misalnya, kodok terkecil di dunia dan kodok yang bisa melahirkan kecebong. Ada enam jenis reptil dan amphibi temuan baru yang diberi nama sama seperti Djoko Iskandar: katak Polypedates iskandari, katak Fejervarya iskandari, ular Djokoiskandarus annulatus, kadal Draco iskandari, tokek Luperosaurus iskandari, dan Collocasiomya iskandari.
Hampir semua hutan di Indonesia sudah dia masuki. Lokasi favoritnya adalah hutan di Kalimantan dan Papua yang relatif bagus meski terancam deforestasi. Di belantara, dia harus bertahan hidup sebulan sampai tiga bulan untuk mencari kodok jenis baru.
Selama puluhan tahun Profesor Iskandar menghabiskan waktunya untuk meneliti kodok, yang mayoritas menggunakan uang pribadi. Guru Besar ITB ini mengkritik iklim penelitian Indonesia yang terlalu mengekor pada penelitian negara Barat. Misalnya, kini hampir semua arah penelitian biodiversitas diarahkan pada riset DNA, bidang yang dikuasai oleh para peneliti Barat dan harga alatnya miliaran rupiah dan bahan kimianya ratusan juta. Alat ini sulit dijangkau oleh peneliti Indonesia.
Di satu sisi, Indonesia adalah gudangnya keanekaragaman hidup, yang datanya masih kosong. Seharusnya, kata dia, peneliti Indonesia fokus pada kekuatan sumber keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia dan belum banyak dieksplorasi.
Edisi ke-41 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Musim hujan telah tiba dan banyak air tergenang di sekitar rumah. Lingkungan kotor seperti itu yang menjadi tempat favorit nyamuk untuk berkembangbiak. Nyamuk malaria menggigit tubuh manusia mulai magrib sampai pagi. Malaria merupakan penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit Plasmodium. Satu gigitan saja bisa menyebabkan parasit masuk ke aliran darah.
Dan kini malaria sudah muncul di lebih dari seratus negara. Separuh populasi manusia di seluruh dunia berada dalam risiko tertular penyakit malaria. Gejala umum terserang malaria: pusing, panas, mual, hilang kesadaran kalau yang sudah ekstrim. Jika sel darah merah dalam tubuh sangat berkurang bisa menyebabkan malaria otak.
Malaria merupakan musuh bebuyutan umat manusia. Perang panjang manusia versus penyakit malaria sudah berlangsung ratusan tahun. Tapi mengapa perang itu belum berakhir?
Malaria telah membunuh banyak manusia sejak 4000 tahun terakhir. Di Cina, para tabib sudah mencatat kasus gejala malaria malaria sejak 2700 tahun sebelum Masehi. Begitu pun catatan dari Yunani dan Romawi kuno.
Hingga pada akhir abad ke-19, Charles Laveran, dokter dari Prancis, menemukan biang keladi malaria yaitu Parasit Plasmodium. Temuan ini membuat Laveran menerima Hadiah Nobel Kedokteran pada 1907 dan membawa perang malaria ke babak baru.
Tidak mudah mengontrol malaria, karena penyakit ini punya sifat biologi yang unik. Gen parasit dari satu spesies banyak sekali dan masing-masing gen mempunyai fungsi masing-masing. Ada gen yang bisa berubah, misalnya, saat kena obat atau sistem imunnya manusia bagus. Gen berubah sehingga parasit juga berubah.
Rintis Noviyanti, peneliti malaria dari Lembaga Eijkman di Jakarta ikut berperang melawan malaria di tanah air. Para ilmuwan telah menemukan lima jenis parasit penyebab penyakit malaria pada manusia. Deteksi dini yang cepat dan akurat mampu mengurangi tingkat kematian akibat malaria.
Edisi ke-40 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Kitab suci dan para agamawan memiliki cerita sendiri mengenai kiamat yang mengakhiri kehidupan dunia fana. Film-film Hollywood dan berbagai komik mengeksploitasi narasi kiamat sebagai hiburan sekaligus mencetak keuntungan.
Ilmuwan astronomi juga punya penjelasan ilmiah bagaimana dan kapan sebuah planet, termasuk Bumi, akan hancur lebur sebagai pertanda kiamat. Premana Premadi, astronom dan dosen senior Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, mengatakan astronomi punya tawaran cerita tapi tidak memutuskan apa-apa. Ini tiga skenario kiamat dari kaca mata astronomi.
Pertama, masih ingat film Armageddon? Satu tim yang beranggotakan banyak ahli dikirim ke luar angkasa untuk menghancurkan asteroid sebelum menumbuk Bumi. Nah skenario itu cukup masuk akal, menurut astronomi, walau tidak diketahui secara pasti kapan asteroid menumbuk Bumi.
Kedua, seperti prediksi suku Maya bahwa kiamat datang pada 2012. Skenario ini menyebut inti bumi yang selama ini stabil, secara berlahan memuai. Perubahan ini membuat lautan bergejolak dan wajah Bumi yang kita kenal berantakan.
Skenario terakhir, kiamat kita datang dari sumber energi kehidupan kita di Bumi: Matahari. Seperti bintang lain, Matahari berevolusi: memuai hingga mencapai dan “menelan” Bumi dan seisi galaksi Bima Sakti. Kiamat ini hanya terjadi pada Bumi dan planet di galaksi Bima Sakti.
Tapi tenang saja. Peristiwa kiamat tersebut mungkin terjadi tujuh miliar tahun lagi. Kiamat tak terjadi pada masa kehidupan kita atau anak dan cucu dan cicit kita.
Edisi ke-39 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Aisha Rachmansyah. Selamat mendengarkan!
Katak merupakan organisme yang paling sensitif di dunia. Karena itu, mulailah mencintai kecebong, katak, dan kodok, karena mereka indikator kualitas lingkungan. Mereka bisa digunakan sebagai penanda kerusakan lingkungan dan perubahan cuaca.
Nenek moyang kodok diketahui hidup bersama dinosaurus pada 180 juta tahun lalu. Mereka mendominasi area rawa di hutan dengan kemampuan hidupnya yang sangat canggih. Katak termasuk salah satu kelompok pertama yang naik ke darat. Namun mereka bukan organisme yang paling primitif. Hewan ini hidup di dunia dunia: darat dan air.
Pakar katak dan kodok dari Institut Teknologi Bandung Djoko Tjahjono Iskandar sudah bolak balik masuk hutan menemukan ratusan spesies katak baru, termasuk menemukan satu-satunya katak istimewa di dunia: katak yang bisa melahirkan kecebong di Sulawesi.
Menurut Djoko, kemampuan katak bertelur tidak bisa menandingi kecepatan manusia merusak hutan tempat tinggal mereka. Sekitar 200 spesies katak sudah dinyatakan punah. Yang mengkhawatirkan, para ilmuwan memprediksi 7% populasi katak bisa lenyap dalam seabad ke depan.
Ilmu berkembang dengan cepat, tapi mungkin katak di seluruh dunia akan mengalami kepunahan besar-besaran. Katak di Pulau Jawa tinggal sedikit spesiesnya. Pada zaman Belanda sudah banyak sekali kepunahan sebelum diteliti. Sekarang katak di Sumatra terancam. Mungkin yang tersisa terakhir adalah Papua dan Kalimantan, karena akses ke sana masih susah. Kerja keras pemerintahan Jokowi membangun infrastruktur akan memudahkan akses dan dengan demikian potensi kepunahan katak juga makin besar.
Edisi ke-38 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Eka July. Selamat mendengarkan!
Makan banyak harusnya bikin tenaga Anda berlipat. Tapi kalau setelah makan Anda justru demam, perut melilit, dan mual-muntah, awas! Jangan-jangan Anda keracunan makanan!
Menurut Puspita Listiyanti, peneliti bakteri dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), makanan yang terkontaminasi bakteri itu akan terlihat berlendir dan bau, serta teksturnya hilang jadi lembek.
Apa yang sebenarnya terjadi ketika kita keracunan makanan? Keracunan makanan terjadi karena mengonsumsi makanan basi, makanan yang tidak dimasak dengan baik, atau makanan yang terlalu lama di udara luar. Udara banyak bakterinya, seperti salmonela, yang menyebar melalui kotoran. Ini bakteri yang bisa menyebar melalui makanan terkontaminasi dan juga udara yang menjadi penyebab diare.
Daging dan susu sangat disukai oleh mikroba. Walau hanya satu sel menempel di situ, dengan cepat dia akan berkembang biak. Bakteri-bakteri itu dalam waktu 1 x 24 jam bisa berkembang biak dari satu sel jadi miliaran sel yang bisa menyebabkan manusia sakit.
Kontaminasi bakteri mematikan pernah terjadi di beberapa negara. Awal 2017, produk daging asal Afrika Selatan tercemar bakteri jenis Listeria. Sekitar 1000 orang terinfeksi dan 216 orang tewas karena bakteri ini. Gara-gara itu lembaga kesehatan dunia WHO mencatat kasus tersebut sebagai wabah Listeria terparah sepanjang sejarah.
Bakteri hidup dan berkembangbiak di mana-mana termasuk di air, panci, piring, sendok, gelas, dan semua peranti dapur. Pemanasan adalah salah satu sterilisasi untuk membunuh bakteri. Atau juga bisa memasukkan ke dalam kulkas, supaya bakteri tidak bisa berkembang biak. Bakteri hidup pada suhu 30 derajat.
Yang mesti digarisbawahi, bakteri bukan pelaku tunggal keracunan makanan. Singkong, bayam, tomat juga bisa bikin kita keracunan karena di dalamnya ada racun alami untuk menghalau predator, jamur, dan serangga. Puspita Listiyanti menjelaskan bakteri yang kerap menyerang manusia.
Edisi ke-37 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Reputasi bakteri memang terlanjur jelek. Orang awam lebih mengenal bakteri sebagai biang keladi penyakit diare, TBC alias tubercolosis, atau tifus.
Padahal, sebenarnya semua makhluk hidup itu punya dua sisi, jahat dan baik. Begitu juga mikro organisme. Ada yang jahat dan baik.
Mikroba tugasnya adalah mengurai. Di tubuh manusia, misalnya, bakteri mengurai kulit dengan cara memakannya. Lendir-lendir juga mereka dimakan. Mereka mengurainya menjadi zat yang lebih sederhana sehingga bisa dimakan oleh mikroba yang lain. Di dalam tubuh kita banyak sekali bakteri baik dan jahat. Tugasnya menguraikan senyawa-senyawa, apa pun senyawa itu.
Tanpa bantuan mikroskop, jangan harap bisa lihat wujudnya. Bentuknya sangat kecil. Namun, bakteri makhluk super kuat, karena bisa hidup di kondisi paling ekstrem. Dia juga makhluk yang kompleks. Sebagian bakteri dalam tubuh manusia bikin manusia sakit, sebagian lainnya justru bikin kita sehat.
Ada bakteri sahabat bapak-ibu petani dan industri makanan. Namanya asam laktat dan asetat. Di Eropa, duet bakteri ini dipakai untuk membuat cuka. Di sini, bisa dibuat masker dan minuman maknyus dari fermentasi kelapa, nata de coco.
Puspita Lisdiyanti, peneliti mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menjelaskan bakteri baik dan berguna bagi manusia. Dia dan ilmuwan-ilmuwan lain sedang mendalami potensi manfaat bakteri yang berasal dari tubuh hewan. Dari sana, bisa muncul vaksin dan obat berguna untuk melawan seabrek penyakit.
Di tangan para ilmuwan, bakteri baik bisa bikin sehat. Tapi di tangan kita, bakteri jahat bisa bikin mules-mules.
Edisi ke-36 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Aisha Rachmansyah. Selamat mendengarkan!
Melayang-layang di antara planet Jupiter dan Mars, bersama hampir dua juta asteroid lainnya, ada Asteroid 12937 Premadi. Nama asteroid ini diambil dari nama Premana Premadi, perempuan astronom pertama dari Indonesia, yang aktif mengajar di Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung dan Direktur Observatorium Bosscha.
Dia juga menggerakkan pendidikan astronomi ke anak-anak melalui organisasi nirlaba Universe Awareness for Children (UNAWE) Indonesia. Pada Maret 2017, Minor Planet Center (MPC) di bawah International Astronomical Union (IAU) menyematkan nama Asteroid 12937 Premadi, sebelumnya bernama asteroid 3024 P-L, ditemukan pada 1960 oleh Cornelis Johannes van Houten dan Ingrid van Houten-Groeneveld menganalisis plat fotografi yang direkam oleh Tom Gehrels dengan teleskop Schmidt di Observatorium Palomar.
Memang, dia bukan orang Indonesia pertama yang diabadikan jadi nama asteroid. Tapi dialah perempuan astronom yang pertama. Sebelumnya, empat nama mantan Direktur Observatorium Bosscha juga diabadikan oleh Minor Planet Center (MPC) sebagai nama asteroid.
Bagi Premana, penyematan nama orang Indonesia di ruang angkasa itu merupakan bentuk dukungan internasional kepada Indonesia untuk memajukan astronomi di tanah air.
Inilah kisah Premana Premadi, yang begitu cinta dengan penjelajahan ruang angkasa. Walau dia hidup dengan amyotrophic lateral sclerosis (ALS) - penyakit ini juga menyerang Stephen Hawking, ahli fisika teori dari Inggris - penyakit yang menyerang saraf motorik, aktifitasnya segudang: mengajar, meneliti, mengisi diskusi, kampanye pendidikan astronomi untuk anak-anak, dan menyemangati para penderita ALS.
Edisi ke-35 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Aisha Rachmansyah. Selamat mendengarkan!
Astronomi merupakan ilmu paling tua. Ilmu ini setua nenek moyang kita yang menoleh ke angkasa dan bertanya: mengapa kita ada, mengapa ada hujan, siang, malam, dan bintang gemerlapan. Juga pertanyaan yang selalu relevan sepanjang masa: misalnya apakah alam semesta itu ada dari dulu? Apakah mereka ada untuk selamanya? Alam semesta itu sampai mana batasnya? Umurnya berapa? Berapa jarak Bumi dan Matahari?
Pertanyaan-pertanyaan itu membantu para ilmuwan menemukan rotasi, revolusi planet-planet, gravitasi, hukum fisika, reaksi kimia, dan pertumbuhan biologi. Juga menciptakan teknologi. Penemuan inilah yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak teknologi yang awalnya dirancang untuk keperluan astronomi tapi aplikasinya sangat luas. Misalnya detektor sinar X yang dipakai di bandara-bandara. Itu teknologi yang sama yang dikembangkan untuk pengamatan sinar X. Tomografi, pengolahan citra yang tadinya dipakai di astronomi sekarang dipakai di dunia medis.
Kodak film awalnya diciptakan astonom untuk mempelajari matahari. Tapi kini alat digunakan di industri medis dan fotografi. Lalu ada satelit yang menyambungkan siaran televisi dan telepon genggam. Juga ada GPS alias global positioning system yang dipakai di Google Maps dan membantu pesawat menemukan tujuan.
Premana Premadi, astronom dan pengajar Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, menceritakan seluk beluk penggunaan astronomi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut dia, astronomi membantu memupuk hasrat ingin tahu, memberikan patokan, ukuran, dan aturan-aturan. Juga menunjukkan penanda perubahan waktu, siang-malam, musim dan iklim, termasuk menentukan hilal dan awal Ramadhan awal syawal.
Ya astronomi ilmu yang menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Edisi ke-34 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Prodita Sabarini. Selamat mendengarkan!
Musik metal kerap dikaitkan dengan pemberontakan kaum muda sampai dengan pemujaan setan. Tapi betulkah metal penganjur kekerasan dan memicu agresi?
Alih-alih menghasilkan energi buruk, metal malah punya dampak baik. metal-music-helps-listeners-deal-mortality-study-suggests-death-slayer-a7144846.html">Journal of Psychology of Popular Media dalam satu tulisan menyebut metal membantu orang dalam menghadapi kematian. Peneliti Paula Rowe dan Bernard Guerin dari University of South Australia menyebut musik metal membantu remaja dan orang dewasa menghadapi ketegangan dalam keluarga, bullying, dan kesepian.
Musik metal atau rock secara umum telah dikaitkan dengan macam-macam hal negatif. Misalnya The Beatles pernah mengatakan mereka lebih popular dari Yesus sehingga menerbitkan protes besar-besaran.
Gita Widya Laksmini, Kepala Program Studi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya, mengatakan musik ini bisa fungsinya berbeda-beda untuk setiap orang. Bahkan satu individu bisa memaknai satu musik berbeda-beda dalam berbagai episode kehidupan, berbagai identitas dan konteks. Jadi mari nikmati musik metal.
Edisi ke-33 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Ikram Putra. Selamat mendengarkan!
Indonesia adalah rumah dari sekitar 32 ribu tanaman berkhasiat obat. Banyak buah dan batang tanaman yang bisa diolah menjadi jamu. Mereka diklaim bisa menyembuhkan beragam penyakit seperti masuk angin, pegal-pegal, sampai disfungsi ereksi. Apa benar jamu sesakti itu? Bila begitu sakti, mengapa dokter tidak meresepkan obat jamu kepada pasiennya?
Erni Hernawati Purwaningsih, Guru Besar Ilmu Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan para dokter ragu pada khasiat jamu karena jamu mengandung banyak senyawa kimia yang pengujiannya begitu kompleks. Itu belum termasuk efek samping yang diderita oleh pasien setelah minum jamu, yang kerap ditemui oleh para dokter.
Tentu saja bahan yang kerap dipakai bumbu masak seperti kunyit, salam, dan jahe itu aman karena sudah diuji toksisitasnya. Tapi banyak lagi jenis tanaman yang membutuhkan riset mendalam untuk membuktikan manfaatnya secara ilmiah.
Yang mesti digarisbawahi, jamu digunakan untuk meningkatkan daya tahan, bukan menggantikan obat resep dokter. Kalau minum jamu jangan berharap cespleng. Hati-hati. Penelitian membuktikan jamu yang cespleng ternyata mengandung bahan kimia obat yang berbahaya bagi tubuh. Jadi berpikirlah ulang sebelum minum obat jamu yang belum diteliti secara ilmiah.
Edisi ke-32 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Gula merupakan sumber energi bagi tubuh manusia. Tapi mengkonsumsi terlalu banyak zat manis ini bisa juga mendatangkan banyak penyakit yang mematikan.
Gula olahan dari tebu atau jagung adalah sumber karbohidrat, sama seperti kentang, biji, umbi, atau nasi. Zat esensial bagi tubuh manusia ini menghasilkan tenaga, agar berdaya. Bersama lemak dan protein, karbohidrat adalah zat yang banyak dibutuhkan tubuh. Mereka adalah makronutrien. Sampai sini tak ada soal.
Yang jadi masalah adalah gula buatan itu karbohidrat rantai pendek, yang sudah hampir siap untuk diserap. Kalau kita konsumsi dalam bentuk polisakarida seperti nasi, ubi, singkong, jagung, roti, dan mie, gabungan rantai karbohidrat perlu dipecah lebih dahulu, baru masuk ke peredaran darah.
Itulah mengapa mengkonsumsi karbohidrat dalam bentuk gula lebih berbahaya karena masuknya cepat. Karena terlalu cepat diserap tubuh, apalagi dalam jumlah yang berlebihan, maka terjadilah kelebihan. Kelebihan bikin aneka mudarat. Termasuk perut buncit dan kegemukan.
Konsumsi gula dan endapan sisa-sisanya telah terbukti membuat kerja organ tubuh menjadi lebih berat. Dalam jangka panjang endapan ini juga merusak dan berbahaya. Terlalu banyak gula dapat menyebabkan penurunan fungsi hati. Gula juga mempengaruhi kerja hormon insulin menyebabkan diabetes, hipertensi, penyumbatan pembuluh darah, dan kolesterol tinggi.
Diabetes dan hipertensi memang tidak mematikan, tapi dapat memicu penyakit lain yang bisa membunuh: jantung, stroke, dan penyumbatan pembuluh darah.
Steffi Sonia, Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran FKUI-RSCM Jakarta, menyebut rasa manis itu seperti candu. Gula mampu memberikan perasaan bahagia dan mengusir stres. Karena enak di lidah, banyak orang ketagihan dan tidak menyadari bahaya yang mengintai tubuh sehat.
Gula tetap boleh dinikmati. Tapi jumlah, mesti dibatasi. Ada batasannya dari Badan Kesehatan Dunia (WHO): 10 persen dari asupan energi. Untuk perempuan kira-kira tiga sendok makan atau 35 gram sehari, untuk laki-laki empat sendok makan atau 50 gram sehari. Lebih baik lagi jika bisa setengahnya. Berarti satu setengah sendok makan untuk perempuan dan dua sendok makan untuk laki-laki. Sebagai perbandingan, rata-rata satu kotak minuman manis, misalnya teh dalam kemasan botol atau karton, mengandung 20 gram gula. Jadi kurangi konsumsi gula.
Edisi ke-31 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Aisha Rachmansyah. Selamat mendengarkan!
Menjadi ilmuwan berkelas lebih dari bakat. Mereka adalah pekerja keras. Ilmuwan-ilmuwan aneka cabang ilmu ini telah menembus batas-batas baru yang memungkinkan ilmu pengetahuan maju centi demi centi. Apa rahasia produktivitas mereka? Kami menghimpun aneka tip dari para saintis agar hari-hari Anda lebih produktif dan juga sehat!
Selain membaca yang jadi menu wajib mereka, ada yang senang naik gunung, bangun tidur pukul 3 pagi, rajin olahraga, tidur siang sesaat, wisata, hingga menonton film Korea.
Simak tip-tip cara mereka mengelola waktu dan aktivitasnya untuk produktif. Juga silakan tiru yang cocok dengan Anda. Mereka adalah Guru Besar Hukum Teknologi Informasi Universitas Padjadjaran Sinta Dewi Rosadi, Guru Besar Konservasi Biologi Universitas Indonesia Jatna Supriatna, Guru Besar Ilmu Tanah Universitas Andalas Dian Fiantis, ilmuwan muda Universitas Indonesia Roby Muhammad, dosen Biologi Institut Pertanian Bogor Berry Juliandi, dan psikiatri Universitas Kristen Indonesia Dharmawan Adi Purnama.
Edisi ke-30 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Aisha Rachmansyah. Selamat mendengarkan!
Angin punya posisi penting bagi sejarah panjang peradaban manusia. Sekitar 7000 tahun lalu, angin tercatat telah memutar baling-baling kapal di sepanjang Sungai Nil di Mesir. Di Cina, 200 tahun sebelum Masehi, hembusan angin telah memutar kincir sederhana dan membantu petani memompa air.
Sejak abad ke-20, angin telah menggerakan turbin dan menghasilkan listrik untuk rumah di Eropa dan Amerika Utara. Selain lebih murah, tenaga angin juga terbukti jauh lebih ramah terhadap lingkungan. Tapi mengapa Indonesia sepertinya sulit melakukan hal yang sama? Apa kita kekurangan angin?
Adi Surjosatyo, Guru Besar Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia, mengatakan potensi Indonesia sangat besar. Tapi, menurut dia, selama ini kita telah keliru dalam memandang tenaga angin.
Di Eropa, daerah kontinental, turbin angin dibuat besar karena angin besar. Tapi di daerah Indonesia, turbin angin harus kecil karena kondisi udara dan kelembapan air laut membuat angin di Indonesia kecil.
Rata-rata kecepatan angin di Indonesia dua kali lebih lemah dari angin di Eropa. Hanya sekitar 2,5 sampai 3 meter per detik. Kecepatan angin rendah, kincirnya pun harus kecil. Itulah yang dilakukan oleh Adi di Kampung Bungin, Muara Gembong, Bekasi. Dia bikin energi terbarukan dari angin untuk mengaliri listrik kampung nelayan tersebut.
Satu kincir angin setinggi 11 meter hanya butuh Rp 50 juta. Setelah memasang beberapa kincir di pinggir pantai, biarkan angin yang bekerja sepanjang waktu.
Edisi ke-29 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Adi Utarini adalah satu dari sedikit sekali ilmuwan yang juga musisi! Memainkan musik klasik dan rock progresif sembari mengajar, meneliti, dan menanggulangi demam berdarah yang mematikan itu.
Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada ini memimpin Eliminate Dengue Project di Yogyakarta. Dari Kota Gudeg, proyek ambisius kelas dunia sedang berlangsung: mencoba menjadikan Demam Berdarah sebagai catatan sejarah.
Utarini dan timnya telah mampu merekayasa dan membiakkan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia. Bakteri ini terbukti membuat nyamuk tidak bisa mentransfer virus demam berdarah ke manusia. Dan itu artinya virus demam berdarah bisa dicegah. Nyamuk berbakteri ini dilepasliarkan, kawin mawin dan akan menghasilkan generasi nyamuk yang jinak.
Inilah kisah Utarini, ilmuwan yang gemar musik dan pada Mei 2018 menggelar konser tunggalnya bertajuk Life, Passion, and Music. Tapi ini bukan acara gaya-gayaan. Seratus persen keuntungan konser masuk ke Yayasan Kanker Indonesia.
Edisi ke-28 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni. Selamat mendengarkan!
Langkah Cambridge Analytica memanen data pribadi secara ilegal lebih dari 50 juta pengguna Facebook untuk kepentingan tim kampanye Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 2016 menunjukkan data digital begitu penting. Dan setiap kita menggunakan Internet akan meninggalkan jejak digital seperti telapak kaki meninggalkan jejak saat melewati tanah basah.
Sinta Dewi Rosadi, Guru Besar Hukum Teknologi Informasi Universitas Padjadjaran Bandung, menyebut ada dua jenis digital footprint: jejak pasif dan aktif. Jejak pasif diambil tanpa kita ketahui saat kita mengunjungi situs belanja online, situs video, dan situs lainnya yang mengumpulkan data. Adapun jejak aktif adalah jejak yang secara sadar kita bagikan seperti updates status di Twitter, Instagram, dan Facebook, tweet yang retweet, data geolokasi, dan foto atau video yang dibagikan melalui media sosial.
Sadar atau tak sadar, semua data tersebar membentuk potret diri, bayangan kita. Itulah jejak digital kita. Sebenarnya, kita diawasi oleh berbagai pihak untuk kepentingan komersial maupun non-komersial.
Data pribadi ini dimanfaatkan oleh hampir semua penyedia jasa Internet semacam Google, Facebook, YouTube, Twitter, dan perusahaan raksasa teknologi untuk menjaring pengiklan dan mengeruk keuntungan. Di Amerika Serikat, lebih dari 60 persen manajer urung mempekerjakan orang karena menjumpai hal yang tak patut di akun media sosial pribadinya. Mereka juga menggunakan mesin pencari buat tahu rekam digital pelamar kerja.
Dengan hampir 70 juta pengguna aktif Facebook, Indonesia adalah pasar besar buat pertumbuhan ekonomi digital berikut ancamannya. Ekonomi digital tanpa perlindungan data pribadi sungguh berbahaya. Karena pilar dari e-commerce adalah kepercayaan. Adapun kepercayaan pilarnya adalah keamanan dan perlindungan data pribadi.
Karena itu, sudah saatnya pemerintah membuat Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi. Sepanjang belum ada undang-undang ini, mulailah berhati-hati dengan data dan aneka hal yang kita pajang di Internet.
Edisi ke-27 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Dian Fiantis adalah ahli tanah dan pemburu abu gunung api. Guru Besar Universitas Andalas Padang Sumatra Barat itu telah mengumpulkan abu vulkanis setelah Gunung Merapi, Kelud, Sinabung, dan Krakatau meletus. Dia dan timnya mengambil abu vulkanis yang belum terkena hujan. Dari penelitiannya tentang abu vulkanis, 6 artikel ilmiah telah diterbitkan jurnal internasional.
Dengan 129 gunung api aktif, Indonesia adalah negeri vulkanis teraktif di dunia. Jutaan orang menggantung pengharapan, pada cuaca, curah hujan, dan tanah subur buat pertanian dan tempat tinggal. Meski menanggung risiko yang amat besar: letusan nan mematikan. Mereka yang bertaruh tahu letusan gunung api adalah cara alam mengembalikan kesuburan tanah.
Abu vulkanis kelak akan melapuk menjadi tanah-tanah subur. Dan dalam proses itulah abu vulkanis menyerap karbon. Ini salah satu unsur yang bertanggung jawab membuat perubahan iklim.
Berdasarkan warna tanah, Dian bisa meramalkan tingkat kesuburannya. Tanah itu hitam berarti kandungan bahan organiknya itu tinggi. Tanah itu akan mudah diolah. Relatif lebih subur dibandingkan tanah yang berwarna cokelat. Apalagi kalau warnanya merah bahan organiknya sangat sedikit. Sayangnya, kebijakan pemupukan di tanah pertanian Indonesia kerap mengabaikan sains sehingga asupan pupuk tidak sesuai dengan kebutuhan tanah.
Edisi ke-26 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Demam berdarah tiba pertama di Surabaya pada 1960-an. Kini, virus yang diperantarai nyamuk Aedes aegypti ini telah menyebar di seluruh kabupaten di Indonesia. Termasuk di Yogyakarta.
Indonesia berada di peringkat kedua di dunia dan pertama di Asia Tenggara dalam kasus demam berdarah. Kerugian akibat demam berdarah, setidaknya mencapai Rp 3,1 triliun per tahun.
Serangga kecil ini adalah ancaman buat dua setengah miliar manusia. Banyak orang kena penyakit demam berdarah berakhir meninggal. Setiap waktu gang-gang di perkampungan diasapi, tapi seolah nyamuk begitu lincah sehingga bisa berpindah tempat. Bagaimana cara efektif menjinakkan nyamuk mematikan ini?
Adi Utarini, Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Gajah Mada, punya jawabannya. Sejak 2011 dia memimpin program pemberantasan demam berdarah, Eliminate Dengue Project Yogyakarta yang menggunakan teknik baru. Program ini tidak menebar abate, memberantas sarang nyamuk, apalagi fogging.
Utarini dan timnya menemukan kegunaan Wolbachia, bakteri yang secara alami ada di lalat buah, capung, kupu-kupu, tapi tidak ada di nyamuk. Mereka menemukan cara untuk memasukkan bakteri ini ke dalam tubuh nyamuk. Wolbachia ini di dalam tubuh nyamuk berkompetisi dengan virus demam berdarah dan bisa menghambat perkembangan virus DB. Bakteri wolbachia ini seperti kuda troya.
Bayangkan prajurit-prajurit Wolbachia berebut makanan dengan virus demam dalam pertempuran epik di tubuh nyamuk. Bakteri menang, virus jinak. Lalu bagaimana caranya agar kita tak perlu repot menyuntik satu per satu nyamuk? Mereka mencoba menyuntikkan bakteri itu ke dalam telur nyamuk yang luar biasa kecilnya. Sekecil kalau kita membuat tanda titik di tulisan itu.
Ekpresimen dengan Wolbachia telah dilakukan beratus ribu kali di Australia dan berhasil. Setelah itu baru dikembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti yang berbakteri Wolbachia.
Telur-telur ini kemudian dipindahkan, ditetaskan, dan dikembangbiakkan di negara-negara yang menjalankan program ini yakni Meksiko, Brazil, Vietnam, Australia, dan Indonesia. Inilah mungkin cara baru yang akan membuat demam berdarah tinggal sejarah.
Edisi ke-25 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Setiap pemilihan umum, kebanyakan politikus Indonesia masih menggunakan isu agama dan kesukuan sebagai jurus utama. Mengantisipasi untuk pemilu serentak tahun depan, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sampai harus mewanti-wanti adanya potensi kerawanan sosial. Dikhawatrikan, para kandidat saling lempar retorika politik identitas demi meraih suara pemilih.
Peneliti senior demografi politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Riwanto Tirtosudarmo menyebut fenomena berulang itu sebagai disintegrasi dari dalam. Masyarakat sebenarnya terpecah-pecah. Secara nasional masih satu, tapi dari dalam rasa “kamu orang Madura”, “kamu orang Dayak” menguat.
Karena itu, menurut Riwanto, kita perlu menafsir ulang nasionalisme dan lebih relaks memandangnya.
Reaksi masyarakat terhadap ketimpangan ekonomi dapat mengemuka melalui perbedaan identitas. Agama menjadi satu identitas pembeda yang serius. Ini bukan hanya di Indonesia, tapi juga di Amerika, Eropa dan kawasan lain.
Kecenderungan intoleransi ini merata di hampir setiap tingkatan pendidikan masyarakat. Artinya, tingginya pendidikan tidak lantas membuat seseorang semakin toleran dengan perbedaan. Inilah batu sandungan demokrasi dalam menjaga kemajemukan. Coba lihat survei CSIS pada 2012 yang menunjukkan 33,7% respondennya mengaku enggan memiliki tetangga yang berbeda keyakinan.
Kemajemukan identitas sebenarnya memperkuat bangsa. Maka, perlu usaha bersama supaya Indonesia tidak bubar karena masalah politik primodialisme. Riwanto Tirtosudarmo menjelaskan masalah akut yang kerap melahirkan konflik tersebut.
Edisi ke-24 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Begawan biologi konservasi dan naturalis terbaik yang dimiliki Indonesia adalah Jatna Supriatna. Jurnalis Amerika pemenang Penghargaan Pulitzer Thomas L Friedman menjuluki Jatna Supriatna sebagai “Nabi Nuh” pada masa modern. Temuannya mengenai hibridisasi spesies di Sulawesi membetot perhatian dunia. Kerajaan Belanda memberikan penghargaan Officer of the most Excellence Order of Golden Ark kepada ahli biologi konservasi Universitas Indonesia ini. Sementara di dalam negeri dia diganjar penghargaan prestisius Habibie Award.
Sebagai naratulis, Jatna lebih banyak menghabiskan waktunya di alam terbuka ketimbang di laboratorium. Dia menikmati sejarah evolusi di Sulawesi. Di sana pula, Jatna menorehkan salah satu temuan terpentingnya: Monyet hibrida yang merupakan proses spesiasi atau munculnya spesies baru akibat evolusi.
Teori Jatna ini memperkokoh apa yang telah dirintis Darwin, juga naturalis sohor asal Inggris yang berkelana di Nusantara: Alfred Russel Wallace. Sementara Darwin mendukung ide seleksi alam, Wallace menggagas pengaruh isolasi geografi yang berpengaruh terhadap evolusi. Dua mekanisme ini menjadi landasan umum yang tetap dipakai para biolog hingga sekarang dalam menjelaskan spesiasi.
Jatna juga menemukan tarsius di Pulau Siau dan jenis beruk di Pulau Togian, yang dinamakan Macaca togianus. Seekor cicak terbang yang ditemukan di pulau yang sama dinamakan, Draco supriatnai sebagai penghormatan atas jasanya. Jatna juga meneliti kadal dan katak serta menemukan spesies-spesies baru di Sulawesi.
Di usia hampir menyentuh angka 70 tahun, Jatna Supriatna masih bugar. Kali ini kami memuat kisah ketekunan intelektual Jatna hingga menjadi naturalis kondang.
Edisi ke-23 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda erupsi 576 kali pada Sabtu lalu, dengan tinggi letusan mencapai 100-500 meter dari puncak kawah. Letusan ini memuntahkan abu vulkanis, pasir, lontaran batu pijar, dan suara dentuman.
Anak Krakatau merupakan satu dari 129 gunung api aktif di Indonesia. Letusan gunung adalah fenomena alamiah yang berulang dan tidak perlu dikhawatirkan berlebihan selama penduduk di sekitar gunung mengikuti langkah-langkah evakuasi yang dilakukan oleh pemerintah. Dengan puluhan gunung api aktif, Indonesia adalah negara vulkanik teraktif dan paling terancam, tapi juga mungkin lumbung pupuk paling subur di dunia.
Menurut Biro Pusat Statistik pada 2017, setengah populasi orang Indonesia ada di Jawa. Sumatra yang panjangnya dua kali lipat Pulau Jawa hanya menampung 20% populasi. Apakah ini ada hubungannya dengan populasi gunung? Sumatra punya 30 gunung api, sementara Pulau Jawa punya 34 gunung api. Apakah karakter abu vulkanis keduanya berbeda hingga menghasilkan kesuburan yang berbeda? Dian Fiantis, ahli tanah dari Universitas Andalas, memberikan jawaban mengapa tanah di Pulau Jawa lebih subur dibanding tanah Sumatra.
Erupsi gunung di Pulau Jawa lebih banyak menghasilkan unsur hara seperti kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang dibutuhkan oleh tanaman. Sedangkan silikon dioksida (SiO2) yang lebih banyak dimuntahkan gunung di Sumatra tidak dibutuhkan banyak oleh tanamannya. Zat ini tersedia banyak tapi tidak dibutuhkan. Selain itu, curah hujan di Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih rendah dibanding pantai barat Sumatra sehingga unsur-unsur yang menyuburkan lebih lama bertahan di tanah Jawa.
Edisi ke-22 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Plastik adalah anak kandung Revolusi Industri yang bergemuruh di tanah Eropa pada abad ke-19. Penemunya, Alexander Parkes dari Inggris, pernah menciptakan perkakas dapur berbahan plastik. Peminatnya banyak. Tapi sayang plastik generasi pertama itu masih kelewat mahal dan mudah retak.
Penemuan plastik kemudian disempurnakan oleh ilmuwan-ilmuwan berikutnya. Sampai akhirnya era kejayaan plastik dimulai bersamaan dengan genderang Perang Dunia Kedua. Di Amerika Serikat saja, produksi plastik naik 300%. Kebanyakan dipakai sebagai komponen penting peralatan militer.
Baru sekitar 1950-an, kurang dari 70 tahun lalu plastik dikomersialkan, seperti untuk kotak makanan dan kantong plastik. Masalahnya, biaya membuat plastik itu lebih murah dari biaya daur ulang plastik itu sendiri. Yang berbahaya bukan hanya sampah plastik yang tampak oleh mata, tapi juga pecahan kecil plastik yang ukurannya kurang dari setengah sentimeter yang disebut mikroplastik. Ada pula plastik seukuran virus yang disebut nanoplastik.
Sampai sini plastik berubah jadi masalah. Peneliti mikroplastik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Muhammad Reza Cordova, menjelaskan dampak konsumsi plastik bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Ilmuwan memprediksi pada 2050 jumlah sampah plastik di laut lebih banyak daripada jumlah ikan.
Ada dua sumber utama pencemaran mikroplastik. Pertama, sampah plastik besar seperti botol minuman atau sedotan yang hancur berkeping-keping di lautan.
Kedua, produk kosmetik yang mengandung microbeads. Kalau Anda pernah mencuci muka dengan sabun yang ada butiran halus, itulah yang disebut microbeads, sumber utama pencemaran sampah mikroplastik.
Bila mikroplastik itu masuk ke saluran pencernaan manusia, bisa merobek usus atau lambung karena pecahan ini tidak bisa dicerna. Bisa saja sebagian keluar bersama kotoran, tapi masih ada yang tertinggal. Apalagi bila masuk sel darah, plastik mikro ini ikut terserap dalam jaringan sel darah dan bisa mengganggu sistem syaraf pusat. Bila terlalu sering bisa menyebabkan gangguan sistem pencernaan atau sistem syaraf, dan perlahan bisa mati.
Edisi ke-21 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Sekitar 15% dari luas daratan di Bumi berupa perbukitan karst. Di Indonesia, menurut riset ahli biologi Reuben Clements pada 2006 , luas wilayah karst mencapai 14,5 juta kilometer persegi, yang tersebar dari barat hingga timur negeri ini. Dari jumlah itu hanya 5% yang dilindungi.
Karst adalah gudang penyimpan air yang teramat vital untuk pertanian dan rumah buat biota yang bahkan belum pernah kita kenal. Dari kapur tulis yang mengantar anak menjadi sarjana hingga bahan baku semen dan marmer yang menjadi rumah kita, tidak lepas dari bebatuan karst.
Perannya vital dan jutaan petani bergantung padanya untuk pengairan. Itulah mengapa dalam hampir lima tahun terakhir para petani Kendeng di Rembang dan Pati, Jawa Tengah, menggelar protes hingga di depan Istana Negara Jakarta untuk menolak pabrik semen yang akan mengeruk habis perbukitan karst di sana.
Dian Fiantis, guru besar ilmu tanah Universitas Andalas, Sumatera Barat menjelaskan ihwal batu karst yang terbentuk jutaan tahun yang lalu itu. Di bawah sebuah bukit kapur, ada gua kapur. Ada stalagmit dan stalagtit. Di sana juga terjadi proses pembentukan tanah. Dan inilah yang belum banyak digali. Tanah-tanah yang berasal dari perbukitan karst adalah salah satu dari tanah tersubur di Bumi. Karena itu, menyelamatkan bebatuan karst dari bisnis yang merusak sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan.
Edisi ke-20 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Ajeng Dinanti. Selamat mendengarkan!
Selama 22 tahun, Profesor Sangkot Marzuki memimpin Lembaga Eijkman, pusat riset biologi molekuler di Indonesia yang berperan penting mendorong penyelidikan DNA. Dia dan koleganya membangun pusat riset ini dari nol pada awal 1990-an, karena lembaga ini sebelumnya telah ditutup sejak gonjang-ganjing politik 1966. Bersama lembaga ini Sangkot merupakan pakar biologi molekuler paling berpengaruh di Indonesia.
Perjalanan karier Sangkot bermula sekitar 40 tahun lalu tepat ketika revolusi sains terjadi. Dia menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 1968, lalu menyelesaikan master di Universitas Mahidol Bangkok tiga tahun kemudian. Gelar doktor diperoleh dari Universitas Monash di Australia pada 1976. Kala itu, ilmu biologi kimia mengalami lompatan setelah penemuan DNA sebagai molekul penyimpan informasi genetik manusia. Lahirlah ilmu biologi molekuler.
Awalnya Sangkot tertarik mengulik proses pembentukan energi dalam tubuh manusia yang terjadi di tingkat yang sangat sangat kecil. Transduksi energi, begitu istilah dalam ilmu biologi molekuler. Ketertarikan itu mengantarkannya menjadi pemimpin riset bidang baru ini di Monash University. Dia memimpin satu dari lima laboratorium biologi molekuler paling berpengaruh di dunia. Nama dia juga bolak-balik masuk jurnal ilmiah internasional. Saking topnya, banyak mahasiswa S3 dari berbagai negara antre ingin kerja sama dengan Profesor Sangkot.
Sampai akhirnya, Menteri Riset dan Teknologi saat itu BJ Habibie memintanya membangun laboratorium biologi molekuler di Indonesia. Habibie meminta Sangkot pulang kampung untuk membangkitkan riset demi bendera merah putih. Dia meninggalkan posisi mapan di Australia dan mulai mengembangkan budaya riset standar kelas dunia di Indonesia.
Bulan ini, Sangkot baru saja melepaskan jabatan Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, perhimpunan ilmuwan yang mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. PR terbesar Indonesia, kata dia, menaikkan dana penelitian yang jumlahnya hanya 0,02% dari anggaran negara. Selain itu, perlunya memperbaiki ekosistem ilmu pengetahuan yang total rusak sebab orang meneliti di perguruan tinggi hanya untuk mengumpulkan angka kredit guna naik pangkat. Melalui organisasi ini dia mendorong riset yang didorong oleh rasa keingintahuan peneliti.
Edisi ke-19 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Di atas kertas, pariwisata berbasis lingkungan alias eko wisata membawa sejuta manfaat yang dapat diringkas dalam kondisi lestari alamnya, sejahtera warga sekitarnya, dan tercerahkan pengunjungnya.
Eko turisme terbukti meningkatkan populasi harimau di India. Satu riset menyebut jenis wisata ekologi ini berdampak baik juga pada burung makaw hijau besar di Costa Rica, burung hering mesir di Spanyol, primata hoolock di India, pinguin anjing liar dan cheetah di Afrika, serta marmoset emas, sejenis monyet kecil di Brazil. Riset ini juga menemukan eko turisme hanya berdampak kecil bagi orang utan di Sumatra dan singa laut di Selandia Baru.
Eko wisata tak sama dengan petualangan wisata alam. Ani Mardiastuti, Kepala Divisi Ekologi Manajemen Satwaliar, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor, mengatakan pemberdayaan warga adalah kunci eko wisata. Dia menjelaskan prinsip eko wisata yang lebih menyeluruh.
Karena itu, kalau demi wisata dan kelestarian alam lalu warga diusir, itu tak bisa disebut sebagai eko wisata. Ini terjadi dalam kisah pilu warga di sekitar cagar biosfer Maya di Guatemala yang diusir dari kampungnya. Suku Maasai di Tanzania yang dibakar rumah-rumahnya dan diusir demi pengembangan wisata safari.
Menurut studi pada 2011, eko wisata di Indonesia tumbuh 20-40 persen sejak 1990-an.
Edisi ke-18 Sains Sekitar Kita ini disiapkan dan dinarasikan oleh Hilman Handoni. Selamat mendengarkan!
Teknologi digital melahirkan blockchain, sebuah sistem pembukuan besar yang terdistribusi dengan password terenkripsi sehingga data di dalamnya sulit diubah oleh orang lain. Pencatatan dilakukan oleh satu pihak, tapi data pencatatan itu disebar dalam jaringan yang memiliki akses teknologi ini. Semua orang punya data yang sama dan transparan. Nah ini membuat transaksinya lebih cepat dan aman.
Dengan teknologi blockchain, misalnya, buruh migran dari belahan bumi manapun bisa mentransfer uang gajinya kepada keluarganya di pedalaman. Semudah dan semurah seorang buruh mengangkat telepon atau mengirim pesan WhatsApp. Tak perlu antre di bank. Karena itu, penggunaan teknologi ini di bidang keuangan dituding akan mengancam kemapanan sistem keuangan yang dimediasi oleh bank.
Teknologi bisa juga digunakan untuk penyaluran dana bantuan sosial, juga untuk memastikan penjual barang menyetor pajak pertambahan nilai yang dibayar oleh konsumen disetor ke rekening pemerintah. Blockchain pertama kali diterapkan pada mata uang virtual bitcoin, yang mengundang kontroversi karena jenis mata uang ini dinilai tidak stabil.
Febrio Kacaribu, Kepala Kajian Makro Ekonomi dan Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, LPEM Universitas Indonesia, menjelaskan cara blockchain bekerja dalam bidang keuangan. Teknologi ini juga bisa dipakai untuk bidang medis, business.com/news/can-blockchain-save-indonesias-forests/">lingkungan, dan bidang lainnya.
Edisi ke-17 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Ikram Putra. Selamat mendengarkan!
Nama Georgius Everhardus Rumphius kurang dikenal dibanding ahli botani kondang Alfred Wallace, yang melahirkan Garis Imajiner Wallace di bumi nusantara. Seperti kisah Wallace, Rumphius, ahli botani kelahiran Jerman yang bekerja untuk VOC di Hindia Belanda pada masa kolonial ini, mencatat ribuan halaman tentang Ambon yang dibukukan dalam enam jilid. Dia juga pionir riset botani di nusantara, bahkan satu abad sebelum Wallace.
Sekitar tiga ratus tahun lalu, saintis yang mengindap penyakit glukoma hingga kehilangan penglihatan ini mencatat dengan detail lebih dari 1.300 tanaman – ditulis dalam buku Herbarium Amboinense – selama di Ambon.
Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Sangkot Marzuki menceritakan legenda Rumphius, salah satu ilmuwan pertama yang membawa sains Barat ke Indonesia. Selain mencatat tanaman secara rapi dalam bahasa Latin dan Belanda Kuno, Rumphius juga mencatat gempa yang diikuti tsunami menghantam Ambon pada Februari 1674. Lebih dari 2300 penduduk Ambon tewas, termasuk istri, Susanna, dan anak perempuannya. Ini tsunami tertua yang terekam dalam sejarah nusantara.
Jalan begitu sulit bagi Rumphius untuk mengabadikan ciri-ciri tanaman di Ambon. Setelah istrinya, yang juga asistennya dalam riset, meninggal, rumahnya terbakar dan kapal yang membawa naskahnya ke Belanda karam. Manuskrip pertamanya hangus. Dan dia dengan gigih mendikte lagi apa saja yang dia ingat dan ada yang menuliskannya. Itu dia lakukan dalam keadaan tak bisa melihat.
Edisi ke-16 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Indonesia mempunyai 200 dari total 1.100 spesies kelelawar di dunia. Hampir seperlima ada di sini. Tapi dua di antaranya, spesies Otomops Johstonoi dari Alor Nusa Tenggara Timur dan Neoptenus Trostii di Sulawesi, nyaris punah.
Hewan ini luar bisa. Kelelawar ukuran besar sanggup terbang lebih dari 100 kilometer per hari dan bermigrasi rerata 1000 kilometer per musim. Kelelawar lain, segede jempol saja besarnya, bisa menyeberang lautan pipistrelle-s-record-journey-to-europe-proves-bats-can-fly-across-seas-9070726.html">600 kilometer dari Inggris ke Belanda!
Satu-satunya mamalia yang bisa terbang dan beraktivitas pada malam hari ini adalah penyerbuk paling tangguh dan ulung di jagat raya. Tanpa bantuannya, penyerbukan durian sulit terjadi. Mereka hidup di pedalaman hingga di kota-kota besar. Mereka hidup harmonis dengan manusia. Kuncinya satu: tidak saling mengganggu.
Kelelawar telah memberikan dunia imaji-imaji semacam Batman dan Vampir. Tokoh-tokoh khayali di film yang telah menghasilkan miliaran dolar. Tapi kelelawar juga bisa menjadi ancaman serius bagi manusia dengan segala virus yang mungkin dibawanya. Apa guna kelelawar buat manusia?
Srihadi Agung Priyono, Guru besar dan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor IPB, menjelaskan selain untuk penyerbukan, kelelawar juga membawa virus. Jika kelelawar sakit dan air liurnya mengandung virus, maka virus yang tertinggal akan menempel pada buah yang jatuh dan dimakan manusia.
Edisi ke-15 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Ibrahim. Selamat mendengarkan!
Satu dari tiga bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia Indonesia terkena stunting alias kekurangan gizi kronis akibat kekurangan asupan gizi sejak dalam kandungan. Di Indonesia ada 9 juta anak yang menderita stunting. Penyebab langsungnya terkait konsumsi makanan dan penyakit, khususnya infeksi.
Stunting bukan hanya perkara kekurangan gizi kronik yang menyebabkan tubuh-tubuh bayi jadi pendek melain soal perkembangan kecerdasan sampai dengan masa depan bangsa. Nusa Tenggar Timur adalah daerah tempat anak-anak paling banyak terkena gizi buruk.
Ahmad Syafiq, Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, mengatakan stunting bukan persoalan bencana individu lagi tapi sudah bencana populasi. Karena itu, penanganannnya juga harus melibatkan populasi secara keseluruhan. Akibat stunting kita mengalami kerugian Rp 300 triliun per tahun dan menurunkan PDB sebesar 3%.
Stunting berdampak bukan hanya pada tinggi badan. Gizi buruk menyebabkan kapasitas intelektual terbatas sehingga dalam jangka panjang bisa mengurangi kinerja atau prestasi sekolah belajar seorang anak. Pada gilirannya kelak akan membatasi pilihan-pilihannya dalam hal ekonomi dan produktivitas. Syafiq memberikan strategi mengakhiri stunting yang dimulai dari masa kehamilan.
Edisi ke-14 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Ilmu sosial pada era digital justru menemukan ladang yang subur dalam penyelesaian masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh ilmu-ilmu komputer. Sebab, secanggih apa pun algoritme, perilaku manusia dan masyarakat membutuhkan penjelasan dari ilmuwan sosial seperti psikologi, sosiologi, antropologi, dan ilmu sosial lainnya. Bahkan ilmu bahasa makin dibutuhkan untuk mengenali pola-pola komunikasi di media sosial.
Suharyo Sumowidagdo, fisikawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan ilmu sosial sampai kapan pun, selama masih ada manusia, masih relevan. Kecuali semua manusia menjadi robot, tapi itu tidak mungkin.
Bagaimana pun juga algoritme itu mesin. Dia butuh data, yang memasukkan data itu adalah manusia, makhluk sosial. Apa pun ilmunya, yang terpenting adalah mengembangkan berpikir kritis, agar tidak terjebak dengan berfikir dogmatis. Kali ini Suharyo Sumowidagdo bercerita tentang relevansinya ilmu sosial dari perspektif fisikawan.
Edisi ke-13 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Ikram Putra. Selamat mendengarkan!
Kecanduan telepon pintar melanda banyak orang segala usia setelah alat elektronik ini harganya begitu murah sehingga terbeli oleh semua kelas ekonomi. Dari bangun tidur sampai menjelang tidur lagi, jari tidak lepas dari layar ponsel. Bila tidak dikendalikan, candu digital ini bisa menurunkan produktifitas dan merusak kehidupan sosial.
Firma riset konsumen DSCOUT dalam studinya menyebut kita mengklik, memencet, menyentuh, mengusap layar smartphone rata-rata 2.617 kali dalam sehari. Apakah yang terjadi dengan otak kita sehingga kita sebentar-sebentar terus mengecek layar ponsel?
Dokter dan psikiater Dharmawan Purnama dari Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Glogol menjelaskan bahwa kecanduan itu dipicu oleh Brain Reward System, yang mengatur pusat emosi dan rasa senang. Begitu merasa senang, otak akan terangsang menagih lagi. Dokter ini juga menjelaskan strategi mencegah kecanduan ponsel.
Edisi ke-12 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Banyak mitos yang beredar terkait dengan pengasuhan bayi yang bisa berdampak buruk bagi anak dalam jangka panjang. Salah satunya, dulu, orang tua memberikan makanan padat seperti bubur dan pisang untuk bayi berusia dua bulan agar kenyang. Padahal, pencernaan bayi belum bisa mencerna makanan padat dan pemberian makanan terlalu dini itu dapat menyebabkan kolik pada bayi yang bisa berakhir kematian. Ahli kesehatan menyatakan sampai usia 6 bulan, bayi belum boleh diberi makanan padat selain air susu ibu (ASI).
Masalahnya, menurut Kementerian Kesehatan, hanya 54% bayi di Indonesia menerima ASI eksklusif selama enam bulan. Salah satu sebabnya adalah aturan cuti melahirkan bagi pekerja perempuan yang hanya tiga bulan. Padahal, butuh setidaknya enam bulan cuti supaya bisa memberi ASI eksklusif.
Kali ini Sandra Fikawati, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia, mengupas beberapa mitos di seputar pengasuhan bayi, termasuk pemakaian bedung pada bayi yang sudah bisa bergerak.
Edisi kesebelas Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
Masalah manusia di atas bumi begitu kompleks. Pemanasan global, terorisme, konflik sosial, krisis air, kerusakan lingkungan, kemiskinan, dan masalah lainnya tidak bisa diselesaikan dengan satu pendekatan. Ilmu pengetahuan kini membuka diri untuk kolaborasi mencari jalan penyelesaikan atas masalah terkait manusia.
Pendekatan interdisipliner dan teori kompleksitas, yang menggunakan pendekatan ilmu sosial dan ilmu eksakta sekaligus, kini menjadi tren di dunia untuk mencari solusi atas masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh satu displin ilmu.
Ilmu fisika bisa maju karena ilmu ini memilih-milah fenomenanya menjadi kecil-kecil sekali. Bagaimana kita bisa mengerti AC mendinginkan ruangan? Karena kita mengerti detail molekul udara bekerja. Ilmu sosial kebalikannya. Kalau kita mengerti perilaku satu individu, tapi ketika dia digabung menjadi kolektif, ribuan, jutaan, miliaran individu, kita malah tidak mengerti. Ini yang disebut problem agregasi. Mengagregasikan perilaku individu-individu menjadi suatu fenomena. Menangkap pola pola itu adalah tantangan ilmu sosial saat ini.
Karena melibatkan sistem yang sangat besar, teknik-teknik yang melibatkan ilmu matematika, komputer, dan fisika bisa berguna membaca fenomena sosial. Pada titik ini, Roby Muhamad, doktor sosiologi yang berlatar belakang sarjana fisika teori, masuk menjadi bagian yang menggerakkan pendekatan interdispiliner sejak dia kuliah doktor di New York. Dosen Universitas Indonesia itu berkisah pengalamannya mengarungi lintasan ilmu dari fisika ke sosiologi, yang membantunya memahami big data di era internet.
Edisi kesepuluh Sains Sekitar Kita ini disiapkan dan dinarasikan oleh Hilman Handoni. Selamat mendengarkan!
Mayoritas masyarakat Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Penyeragaman makanan nasi selama pemerintah Orde Baru, baik di Pulau Jawa maupun luar Pulau Jawa, telah “mematikan” keragaman sumber pangan lokal. Karena bahan makanan non-nasi seperti ubi dan uwi-uwian tidak laku di meja makan, dengan sendirinya bahan-bahan makan lainnya kurang diperhatikan dan akhirnya tidak lagi dibudidayakan oleh para petani.
Padahal, di tengah ancaman perubahan iklim, keamanan pangan menjadi isu kunci. Akibat perubahan iklim, lahan-lahan pertanian tidak selamanya akan stabil memproduksi padi. Bukan tidak mungkin ketergantungan pada satu bahan makanan akan menyebabkan krisis pangan bila suatu waktu bahan tersebut merosot produksinya. Dalam konteks Indonesia, tingginya permintaan nasi tidak mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri sehingga harus impor beras dari Thailand dan Vietnam.
Menurut Ahmad Sulaeman, guru besar ilmu gizi dan ketahanan pangan dari Institut Pertanian Bogor, kebijakan pangan di masa lalu, dengan nada paksaan terhadap petani untuk menanam jenis padi tertentu dengan menggunakan pupuk tertentu, pernah menghasilkan swasembada beras pada 1984. Tapi setelah itu, dan sampai kini, Indonesia mengimpor beras. Dampak kebijakan itu bagi pertanian sungguh buruk: lahan rusak, petani kecanduan benih, pupuk, dan pestisida. Beberapa varietas padi juga menghilang.
Bagi Sulaeman, sudah saatnya Indonesia membuat kebijakan untuk menghidupkan kembali keragaman pangan. Sumber makanan tradisional seperti jagung, umbi, uwi-uwian, dan lainnya, yang juga sumber karbohidrat, perlu dijadikan bahan makanan selain nasi. Keragaman makanan ini penting agar bila terjadi perubahan iklim yang memburuk, penduduk tidak kesulitan memperoleh bahan makanan.
Edisi kesembilan Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Prodita Sabarini. Selamat mendengarkan!
Keanekaragaman hayati di Indonesia bagian tengah, yang dikenal sebagai kawasan Wallacea, mengukuhkan bahwa bumi nusantara adalah laboratorium hidup terbaik untuk mempelajari evolusi di dunia.
Kawasan tersebut terkenal setelah naturalis Inggris Alfred Russel Wallace menjelajah di kawasan tersebut pada abad ke-19. Dia membawa sekitar 125 ribu spesimen sejarah alam yang terdiri dari serangga, burung, reptil, kerang, dan mamalia ke Inggris. Dari penjelajahan itu lahir karya Wallace yang terkenal, The Malay Archipelago.
Sebelum menulis buku tersebut, dia menulis esai hampir 15 halaman di Ternate yang dikirim ke rumah Charles Darwin di Inggris. Isinya bikin kaget, karena hampir sama dengan apa yang ada di pikiran Darwin—sebuah teori yang sudah digodog dua puluhan tahun: Teori Evolusi.
Jatna Supriatna, naturalis terkemuka dari Universitas Indonesia, menyatakan hanya di Sulawesi terjadi hibridisasi binatang. Syahdan 50 ribu tahun yang lalu nenek moyang beruk hitam hijrah dari Kalimantan ke Sulawesi. Tapi perubahan alam di Sulawesi menyebabkan spesies ini terpisah dan menjadi dua spesies baru Macaca tonkeana yang hidup di sebelah utara Sulawesi dan Macaca Maurus yang hidup di sebelah selatan.
Penelitian ekstensif Jatna membuktikan kedua spesies itu kembali menyatu dan membentuk spesies baru, seiring dengan perubahan lingkungan mereka. Inilah yang disebut Hibridisasi. Dan ada di Sulawesi!
Edisi kedelapan Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh tim dengan produser dan narator Hilman Handoni. Selamat mendengarkan!
Hanya dalam tiga belas hari, identitas pelaku pengeboman di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta, terungkap. Empat belas tahun silam, bom yang menewaskan 9 orang dan melukai lebih dari 150 orang itu sempat membuat polisi kesulitan mencari identitas pelaku bom bunuh diri yang hancur berbarengan ledakan bom.
Herawati Sudoyo dan timnya dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, yang dimintai bantuan oleh kepolisian, kala itu sigap memeriksa sampel DNA yang terdapat pada ceceran darah dan bagian tubuh yang diduga pelaku tersebut. Dari ceceran darah, serpihan kulit gosong, dan bagian tubuh yang tersisa dari pelaku, sains mengungkap DNA pelaku dan kemudian identitas pelakunya dengan akurat yakni Heri Kurniawan alias Heri Golun.
Sejak itu, DNA forensik naik daun karena kegunaan praktisnya mampu mengidentifikasi pelaku terorisme secara akurat. Dan Herawati dianggap telah membuat terobosan dalam meletakkan dasar pemeriksaan DNA forensik kasus terorisme.
Kali ini Herawati bercerita tentang pilihannya mempelajari ilmu biologi molekuler, cabang ilmu yang pada era 1990-an, saat dia mengambil program doktor di Monash University, sangat tidak populer di Indonesia. Bahkan beberapa kawannya mencibir pilihannya karena menganggap cabang ilmu ini tidak punya masa depan.
Tanpa menghiraukan cibiran tersebut, dia memeriksa ribuan DNA, RNA, dan protein, termasuk riset genetik asal-usul manusia Indonesia.
Bersama Profesor Sangkot Marzuki, Herawati membangun kembali Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang sebelumnya mati suri sejak era 1960-an.
Edisi ketujuh Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh tim dengan produser Ikhsan Raharjo dan narator Ikram Putra. Selamat mendengarkan!
Seratus tiga puluh lima tahun lalu Gunung Krakatau meletus begitu dahsyat sehingga menyebabkan perubahan iklim global. Saat itu permukaan bumi sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menyelimuti atmosfer. Sinar mahatari redup hingga enam bulan setelah letusan tersebut.
Setidaknya 36 ribu orang di sekitar gunung tersebut tewas kala itu. Mengapa letusan bisa begitu dahsyat dan bisakah sains memprediksi waktu letusan untuk mengurangi dampak mematikan? Untuk memahami proses meletusnya gunung api, bayangkanlah ember yang senantiasa dipenuhi air. Saat berlebih, air pasti akan tumpah di mana-mana. Atau isilah kantong plastik dengan air terus menerus, niscaya ujung-ujung air akan berusaha mencari jalan untuk keluar, untuk meletus, untuk mencapai keseimbangan.
Gunung api meletus adalah proses alamiah untuk mencari keseimbangan alam dari tubuh magma yang ada di perut bumi. Dalam keadaan seimbang, gunung tidak meletus. Tapi saat keadaannya tidak stabil, terlalu penuh volumenya, dia akan meletus. Karena itu, dengan mengetahui interval letusan dari riset yang intensif, vulkanolog dapat menggambarkan pola letusan dan memprediksi kekuatan letusan.
Gunung Papandayan, misalnya, siklus letusannya sekitar 20 tahun sekali. Rentang letusan Gunung Agung adalah 120 tahun. Karena itu letusan pada akhir 2017 lalu, tidak sebesar letusan pada 1963 karena siklus pada tahun lalu belum sampai setengah dari interval letusan rutin gunung di Bali itu. Gunung-gunung yang berada di laut, seperti Krakatau, bisa mengalami tekanan akibat volume air yang meningkat sehingga letusannya lebih dahsyat.
Mirzam Abdurrahman, vulkanolog Institut Teknologi Bandung, menjelaskan bagaimana letusan gunung api bisa diprediksi berdasarkan siklus letusan dan gemuruh magma di perut bumi. Memang tidak semuanya bisa diprediksi. Terkadang tiba-tiba dinding penahan dapur magma roboh dan masuk ke dalam dapur magma sehingga volumenya berubah secara signifikan. Ini ibarat ember diisi penuh air, lalu ada batu bata di dekatnya tiba-tiba ambrol yang menyebabkan air tumpah ruah.
Edisi keenam Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh tim dengan produser dan narator Hilman Handoni. Selamat mendengarkan!
Perubahan iklim sebenarnya alamiah bagi planet bumi. Misalnya, iklim bumi pada periode Cretaceous sekitar 144 juta tahun lalu jauh lebih hangat daripada saat ini. Keadaan yang berubah itu memicu makhluk di planet ini beradaptasi walau sebagian berakhir mati.
Sebaliknya planet ini juga pernah mengalami beberapa kali zaman es. Ada empat kali zaman es dalam 500 ribu tahun terakhir. Selama periode ini, suhu bumi turun drastis, mengubah laut menjadi gunung es dan sungai menjadi gletser. Semua berjalan alamiah dan makan waktu sangat lama.
Bandingkan perubahan iklim bumi di era tersebut dengan keadaan pasca revolusi industri pada abad ke-19. Hari ini lapisan atmosfer bumi terkepung gas karbon monoksida dan metana dari bahan bakar industri dan kendaraan bermotor. Hutan yang menyerap karbon habis dibabat, berubah menjadi lahan perkebunan dan perumahan.
Akibat semua ini, suhu bumi naik setengah derajat hanya dalam waktu ratusan tahun saja. Periode ini yang disebut oleh ilmuwan meteorologi penerima penghargaan Nobel, Paul Crutzen sebagai Antroposen. Manusia sebagai aktor yang sangat mempengaruhi planet ini.
Bagaimana mengurangi dampak pemanasan global? Intan Suci Nurhati, peneliti iklim dan laut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menjelaskan Indonesia punya senjata pamungkas untuk mengurangi dampak pemanasan global. Senjata itu bernama lamun, sejenis tumbuhan hijau di pesisir pantai Indonesia yang selama ribuan tahun terbukti efektif menyimpan karbon. Lamun memang tidak populer karena tidak secantik karang dan seeksotis mangrove, tapi tumbuhan ini punya kemampuan untuk menyerap karbon.
Edisi kelima Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh tim dengan produser Ikhsan Raharjo dan narator Prodita Sabarini. Selamat mendengarkan!
Dari DNA bisa diketahui bahwa tidak ada 100% persen orang pribumi di Indonesia. Karena itu, bila ada politikus atau tokoh masyarakat yang menggunakan propaganda “lebih utamakan pribumi” untuk jabatan publik, dia sedang berilusi bahwa seolah-olah ada orang atau anggota masyarakat yang “murni pribumi”.
Riset biologi molekuler telah mengungkap campur baur genetik manusia Nusantara sudah terjadi selama puluhan ribu tahun lewat empat periode migrasi. Manusia Afrika mengawali migrasi ke negeri ini sekitar 50 ribu tahun lalu. Migrasi terbaru terjadi pada abad ke-8 sampai 18. Para pedagang Eropa, Persia, Arab, Cina, dan bangsa lainnya wara-wiri di wilayah Nusantara sejak saat itu. Pembauran puluhan ribu tahun itulah yang membentuk identitas Indonesia saat ini.
Dalam satu tubuh terdapat percampuran DNA yang telah terjadi secara turun-temurun selama ratusan hingga ribuan tahun. Sebagian orang Madagaskar, negara pulau di sebelah tenggara Benua Afrika, misalnya, berambut lurus agak ikal dan berkulit sawo matang.
Mengapa Bahasa Madagaskar atau Malagasy 90 persen sama dengan Bahasa Dayak Maanyan di Kalimantan Selatan walau orang Maanyan genetiknya tidak sama dengan Madagaskar? Secara genetik, orang Madagaskar jauh lebih dekat dengan orang Banjar. Dari riset genetik dan antropologi dapat disimpulkan bahwa bahasa Dayak Maanyan dipakai orang Banjar dan dibawa pergi ke Madagaskar 1200 tahun lalu.
Teka-teki asal-usul manusia nusantara secara genetik terungkap berkat penelitian Herawati Sudoyo dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Jakarta. Lewat kolaborasi ilmu biologi molekuler dan antropologi, Herawati dan timnya menemukan keterkaitan Madagaskar dan Nusantara. Kali ini Sains Sekitar Kita menghadirkan cerita Herawati Sudoyo menelusuri asal-asul manusia Indonesia dari DNA.
Dia sebelumnya telah memetakan genetik etnik-etnik lainnya di Indonesia. Riset ini juga bisa memprediksi penyakit yang mungkin diturunkan secara genetik lewat informasi DNA.
Edisi keempat Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh tim dengan produser Ikhsan Raharjo dan narator Ikram Putra. Selamat mendengarkan!
CATATAN EDITOR: Versi awal tulisan ini salah menyebut nama produser podcast Sains Sekitar Kita edisi “Dari gen terungkap tak ada manusia pribumi Indonesia”. Kesalahan sudah dikoreksi.
Bila Anda besok akan ujian di universitas atau perusahaan, berolahragalah sehari sebelumnya. Jangan malah ngebut belajar sehari semalam suntuk. Anda perlu istirahat setelah berolahraga agar otak lebih baik menyimpan materi yang Anda pelajari. Mengapa?
Aktifitas olahraga makin meningkatkan aliran darah yang membawa nutrisi dan bahan kimiawi yang dibutuhkan oleh sel memori otak. Makin banyak olahraga makin cepat transfer memori sementara dari “ram” otak ke bagian penyimpanan otak untuk jangka panjang.
Tak sembarang olahraga. Olahraga yang meningkatkan oksigen dan pernafasan seperti lari, maraton, sepak bola, bola voli, basket, bersepeda, tenis meja, dan aerobik lainnya, mendorong aliran darah lebih lancar ke sel punca di otak. Setelah olahraga, makanlah protein yang banyak, dan beristirahatlah. Saat istirahat, terjadi peningkatan memori. Tentu saja jangan lupa belajar.
Berry Juliandi, ahli neurosains dari Institut Pertanian Bogor, menjelaskan aktifitas olahraga berdampak besar terhadap kinerja otak. Juga diberikan cara mengoptimalkan kinerja otak melalui olahraga.
Edisi ketiga Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh tim dengan produser dan narator Hilman Handoni. Selamat mendengarkan!
Anda mungkin sering didatangi oleh iklan digital atau promosi tiket pesawat setelah suatu hari Anda memesan tiket via online. Lain waktu halaman ponsel Anda dipenuhi dengan promosi sepatu dan film terbaru yang baru saja Anda lihat di internet tapi belum jadi Anda beli. Bagaimana internet bekerja, seolah-olah sistem itu tahu apa yang hendak kita cari dan kesukaan kita di dunia maya?
Itulah pekerjaannya algoritme di komputer. Algoritme mengolah data, memilah-milah, dan menyajikannya sehingga menjadi semacam “menu di hidangan di atas meja yang siap disantap”. Data historis pengguna internet dikumpulkan secara otomatis dan kemudian dibuat suatu pola. Dalam matematika dan ilmu komputer, algoritme merupakan langkah sistematis untuk penghitungan, pemrosesan data, dan penalaran secara otomatis. Hasilnya, kita seolah disediakan pilihan-pilihan yang sesuai data historis yang dimiliki oleh algoritme.
Di era internet, algoritme bekerja di balik teknologi mesin pencari, aplikasi, dan media sosial yang menyediakan beragam layanan seperti pencarian restoran, teman, tiket pesawat, musik, ojek, berita, dan hal lainnya di dunia maya.
Edisi kedua Sains Seputar Kita menghadirkan Roby Muhamad, saintis jaringan sosial digital, dari Universitas Indonesia. Dia mengatakan algoritme banyak membantu manusia tapi bisa mengancam juga. Bagaimana bentuk ancamannya?
Silakan simak podcast audio yang diproduksi oleh tim dengan produser Hilman Handoni. Narator adalah Prodita Sabarini. Selamat mendengarkan!
Banyak mitos berserakan di masyarakat dan membutuhkan sains untuk menjelaskannya secara ilmiah dan rasional. Karena itu, mulai pekan ini setiap Senin pagi The Conversation Indonesia bekerja sama dengan Kantor Berita Radio (KBR) merilis podcast audio Sains Sekitar Kita. Kami mengemasnya dengan gaya jurnalistik radio. Kami menjamin isinya mudah dipahami dan enak didengarkan.
Sains Sekitar Kita menghadirkan karya jurnalistik berkualitas karena diproduksi dengan riset yang kuat dan narasumber dari para ahli dan peneliti sains yang kredibel. Kami berharap format audio ini dapat mengisi ruang kosong jurnalisme sains via audio di radio dan internet.
Di tengah gelombang perubahan teknologi untuk jurnalisme yang begitu cepat, podcast audio adalah salah satu medium untuk menyebarkan karya jurnalistik dengan karakter digital: bisa diakses secara otomatis, kontrol ada di tangan pendengar, bisa di bawa ke mana-mana, dan selalu tersedia kapan saja. Podcast bisa diakses kapan pun dan di mana pun. Kami mendesain format karya jurnalistik sains ini bisa didengarkan di smart phone, komputer meja, laptop, dan iTunes.
Pekan pertama ini kami menyajikan sains di balik jatuh cinta. Pernahkah Anda jatuh cinta pada empat menit pandangan pertama dan begitu berdebar-debar saat bertemu orang yang Anda “jatuhi cinta”?
Berry Juliandi, ahli biologi manusia dari Institut Pertanian Bogor, menjelaskan proses biologi cinta seseorang kepada orang lain, perubahan hormonal, dan lumernya rasa deg-degan seiring waktu. Mengapa pula witing tresno jalaran kulino alias jatuh cinta karena biasa bertemu bisa dijelaskan menurut biologi.
Edisi perdana Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh tim dengan produser Hilman Handoni. Narator adalah Prodita Sabarini. Selamat mendengarkan!
This podcast could use a review! Have anything to say about it? Share your thoughts using the button below.
Submit Review