This episode currently has no reviews.
Submit ReviewPlastik adalah anak kandung Revolusi Industri yang bergemuruh di tanah Eropa pada abad ke-19. Penemunya, Alexander Parkes dari Inggris, pernah menciptakan perkakas dapur berbahan plastik. Peminatnya banyak. Tapi sayang plastik generasi pertama itu masih kelewat mahal dan mudah retak.
Penemuan plastik kemudian disempurnakan oleh ilmuwan-ilmuwan berikutnya. Sampai akhirnya era kejayaan plastik dimulai bersamaan dengan genderang Perang Dunia Kedua. Di Amerika Serikat saja, produksi plastik naik 300%. Kebanyakan dipakai sebagai komponen penting peralatan militer.
Baru sekitar 1950-an, kurang dari 70 tahun lalu plastik dikomersialkan, seperti untuk kotak makanan dan kantong plastik. Masalahnya, biaya membuat plastik itu lebih murah dari biaya daur ulang plastik itu sendiri. Yang berbahaya bukan hanya sampah plastik yang tampak oleh mata, tapi juga pecahan kecil plastik yang ukurannya kurang dari setengah sentimeter yang disebut mikroplastik. Ada pula plastik seukuran virus yang disebut nanoplastik.
Sampai sini plastik berubah jadi masalah. Peneliti mikroplastik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Muhammad Reza Cordova, menjelaskan dampak konsumsi plastik bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Ilmuwan memprediksi pada 2050 jumlah sampah plastik di laut lebih banyak daripada jumlah ikan.
Ada dua sumber utama pencemaran mikroplastik. Pertama, sampah plastik besar seperti botol minuman atau sedotan yang hancur berkeping-keping di lautan.
Kedua, produk kosmetik yang mengandung microbeads. Kalau Anda pernah mencuci muka dengan sabun yang ada butiran halus, itulah yang disebut microbeads, sumber utama pencemaran sampah mikroplastik.
Bila mikroplastik itu masuk ke saluran pencernaan manusia, bisa merobek usus atau lambung karena pecahan ini tidak bisa dicerna. Bisa saja sebagian keluar bersama kotoran, tapi masih ada yang tertinggal. Apalagi bila masuk sel darah, plastik mikro ini ikut terserap dalam jaringan sel darah dan bisa mengganggu sistem syaraf pusat. Bila terlalu sering bisa menyebabkan gangguan sistem pencernaan atau sistem syaraf, dan perlahan bisa mati.
Edisi ke-21 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!
This episode currently has no reviews.
Submit ReviewThis episode could use a review! Have anything to say about it? Share your thoughts using the button below.
Submit Review