Relasi politikus dan anak muda masih tahap simbolik
Publisher |
The Conversation
Media Type |
audio
Categories Via RSS |
Science & Medicine
Publication Date |
Feb 25, 2019
Episode Duration |
00:05:57
20190224-195886-nkl14q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip">Pemilih pemula di Palembang memasukkan kartu suara di kotak pemilihan presiden 2014. Fatrin Budiman/Shutterstock

Jumlah pemilih milenial (usia 21-30 tahun) dalam pemilihan umum kali ini mencapai sekitar 42 juta pemilih. Bila ditambah usia 20 tahun, masih ada 17 juta pemilih lagi. Totalnya sekitar 40% dari total pemilih.

Dalam konteks pemilihan presiden, calon presiden (capres) petahana Joko Widodo dan penantangnya, Prabowo Subianto, membidik suara mereka untuk memenangkan pertarungan. Para politikus menggunakan berbagai cara untuk merayu pemilih muda waktu kampanye. Yang paling gampang, mereka meniru gaya anak muda–mulai dari pakai jaket jeans, sepatu sneakers, mengendarai motor custom, dan saling sapa menggunakan istilah “Bro dan Sis”.

Walau seolah menjanjikan, Titi Anggraini, Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), mengatakan relasi antara peserta pemilu dan pemilih muda masih dalam tahap simbolik. Maksudnya, peserta pemilu (capres dan calon legislatif) masih menempatkan pemilih muda sebagai obyek interaksi politik. Sampai sejauh ini, para peserta pemilu belum melibatkan anak muda dalam politik secara substantif.

Memang harus diakui mulai banyak anak muda menjadi juru bicara dan bagian tim pemenangan calon presiden. Namun, keterlibatan mereka dalam penyusunan gagasan, program, dan konsep bagi calon presiden, misalnya, belum menonjol.

Saat ini ada 559 caleg berusia 20-30 tahun dari sekitar 7900 caleg DPR. Paling banyak berasal dari Partai Solidaritas Indonesia, kemudian Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Kebangkitan Bangsa.

Namun, sistem pemilu 2019 yang menggabungkan pemilihan presiden dan pemilihan legislatif, membuat isu pemilihan legislatif terpinggirkan di tengah gegap gempita pemberitaan pemilihan presiden. Pemilih muda lebih banyak dihadapkan dengan pembelahan kontestasi pilpres ketimbang informasi yang cukup untuk mengenali para caleg di daerah pemilihan mereka.

Edisi ke-47 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!

The Conversation
Pemilih muda ditempatkan sebagai obyek dari interaksi politik peserta pemilu dan pemilih.

This episode currently has no reviews.

Submit Review
This episode could use a review!

This episode could use a review! Have anything to say about it? Share your thoughts using the button below.

Submit Review