This episode currently has no reviews.
Submit ReviewKatak merupakan organisme yang paling sensitif di dunia. Karena itu, mulailah mencintai kecebong, katak, dan kodok, karena mereka indikator kualitas lingkungan. Mereka bisa digunakan sebagai penanda kerusakan lingkungan dan perubahan cuaca.
Nenek moyang kodok diketahui hidup bersama dinosaurus pada 180 juta tahun lalu. Mereka mendominasi area rawa di hutan dengan kemampuan hidupnya yang sangat canggih. Katak termasuk salah satu kelompok pertama yang naik ke darat. Namun mereka bukan organisme yang paling primitif. Hewan ini hidup di dunia dunia: darat dan air.
Pakar katak dan kodok dari Institut Teknologi Bandung Djoko Tjahjono Iskandar sudah bolak balik masuk hutan menemukan ratusan spesies katak baru, termasuk menemukan satu-satunya katak istimewa di dunia: katak yang bisa melahirkan kecebong di Sulawesi.
Menurut Djoko, kemampuan katak bertelur tidak bisa menandingi kecepatan manusia merusak hutan tempat tinggal mereka. Sekitar 200 spesies katak sudah dinyatakan punah. Yang mengkhawatirkan, para ilmuwan memprediksi 7% populasi katak bisa lenyap dalam seabad ke depan.
Ilmu berkembang dengan cepat, tapi mungkin katak di seluruh dunia akan mengalami kepunahan besar-besaran. Katak di Pulau Jawa tinggal sedikit spesiesnya. Pada zaman Belanda sudah banyak sekali kepunahan sebelum diteliti. Sekarang katak di Sumatra terancam. Mungkin yang tersisa terakhir adalah Papua dan Kalimantan, karena akses ke sana masih susah. Kerja keras pemerintahan Jokowi membangun infrastruktur akan memudahkan akses dan dengan demikian potensi kepunahan katak juga makin besar.
Edisi ke-38 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Eka July. Selamat mendengarkan!
This episode currently has no reviews.
Submit ReviewThis episode could use a review! Have anything to say about it? Share your thoughts using the button below.
Submit Review