Bagaimana memprediksi letusan gunung api secara akurat?
Publisher |
The Conversation
Media Type |
audio
Categories Via RSS |
Science & Medicine
Publication Date |
Apr 16, 2018
Episode Duration |
00:07:55
20180415-577-1l9gghe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip">Erupsi Gunung Agung Bali. Evgeny Ivkov/Shutterstock

Seratus tiga puluh lima tahun lalu Gunung Krakatau meletus begitu dahsyat sehingga menyebabkan perubahan iklim global. Saat itu permukaan bumi sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menyelimuti atmosfer. Sinar mahatari redup hingga enam bulan setelah letusan tersebut.

Setidaknya 36 ribu orang di sekitar gunung tersebut tewas kala itu. Mengapa letusan bisa begitu dahsyat dan bisakah sains memprediksi waktu letusan untuk mengurangi dampak mematikan? Untuk memahami proses meletusnya gunung api, bayangkanlah ember yang senantiasa dipenuhi air. Saat berlebih, air pasti akan tumpah di mana-mana. Atau isilah kantong plastik dengan air terus menerus, niscaya ujung-ujung air akan berusaha mencari jalan untuk keluar, untuk meletus, untuk mencapai keseimbangan.

Gunung api meletus adalah proses alamiah untuk mencari keseimbangan alam dari tubuh magma yang ada di perut bumi. Dalam keadaan seimbang, gunung tidak meletus. Tapi saat keadaannya tidak stabil, terlalu penuh volumenya, dia akan meletus. Karena itu, dengan mengetahui interval letusan dari riset yang intensif, vulkanolog dapat menggambarkan pola letusan dan memprediksi kekuatan letusan.

Gunung Papandayan, misalnya, siklus letusannya sekitar 20 tahun sekali. Rentang letusan Gunung Agung adalah 120 tahun. Karena itu letusan pada akhir 2017 lalu, tidak sebesar letusan pada 1963 karena siklus pada tahun lalu belum sampai setengah dari interval letusan rutin gunung di Bali itu. Gunung-gunung yang berada di laut, seperti Krakatau, bisa mengalami tekanan akibat volume air yang meningkat sehingga letusannya lebih dahsyat.

Mirzam Abdurrahman, vulkanolog Institut Teknologi Bandung, menjelaskan bagaimana letusan gunung api bisa diprediksi berdasarkan siklus letusan dan gemuruh magma di perut bumi. Memang tidak semuanya bisa diprediksi. Terkadang tiba-tiba dinding penahan dapur magma roboh dan masuk ke dalam dapur magma sehingga volumenya berubah secara signifikan. Ini ibarat ember diisi penuh air, lalu ada batu bata di dekatnya tiba-tiba ambrol yang menyebabkan air tumpah ruah.

Edisi keenam Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh tim dengan produser dan narator Hilman Handoni. Selamat mendengarkan!

The Conversation
Dengan mengetahui interval letusan dari riset yang intensif, volkanolog dapat menggambarkan pola letusan dan memprediksi kekuatan letusan. Termasuk mengantisipasi dampak letusan.

This episode currently has no reviews.

Submit Review
This episode could use a review!

This episode could use a review! Have anything to say about it? Share your thoughts using the button below.

Submit Review